Rabu 10 May 2023 18:30 WIB

'Bangun Sistem Pendidikan dengan Perspektif Multikultur'

Kemampuan pendidik yang ada kebanyakan berpola mengajar satu arah.

Red: Fernan Rahadi
Pendidikan/Ilustrasi
Pendidikan/Ilustrasi

REJOGJA.CO.ID, JAKARTA -- Komitmen untuk menghapus tiga dosa besar di dunia pendidikan terus digalakkan oleh pemerintah melalui berbagai kebijakan. Pendidikan diharapkan mampu menjadi institusi penting untuk mencetak peserta didik menjadi manusia dan anggota masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai universal kebaikan yang berpijak pada kemanusiaan.

Dosen Sekolah Kajian Strategis dan Global Universitas Indonesia  Prof Roy Darmawan menilai kondisi dunia pendidikan di Indonesia masih menjadi tantangan tersendiri, dalam hal menghapus intoleransi di kalangan generasi muda. Dirinya menilai, model dan sistem pendidikan yang ada masih jauh dari orientasi dan perspektif keragaman.

"Padahal sebuah sistem pendidikan itu perlu membangun perspektif multikultur dari peserta didik. Jadi sebuah pendidikan yang umum berlaku ini hanya menghasilkan satu perspektif dalam memandang fakta dan solusi atas  suatu masalah.  Sedangkan realitas membutuhkan cara pandang yang multi perspektif," ujar Prof Roy Darmawan di Jakarta, Senin (8/5/2023).

Adjunct Professor dari Guangxi University for Nationalities, Cina, ini mengungkapkan, meskipun kurikulum pendidikan yang ada telah berisikan ajaran budi pekerti, cerdas dan berkarakter luhur kepada peserta didik, namun ia menilai masih kurang optimal dari sisi metode pengajaran.

"Namun bahwa budi pekerti ini sesuatu yang sifatnya adalah ‘learnable but cannot be taught’ maksudnya yaitu bisa dipelajari tetapi tidak bisa diajarkan. Kemampuan untuk metode pembelajaran sehingga bisa optimal tentunya masih perlu untuk ditingkatkan lagi. Termasuk kemampuan mengajarnya juga," tutur Prof Roy Darmawan.

Hal itu, kata Roy, kemampuan pendidik yang ada kebanyakan berpola mengajar satu arah, atau  bersifat instruksional. Sehingga pengajaran budi pekerti perkembangannya kepada peserta didik menjadi belum optimal. Pasalnya, murid masih dalam tahap memahami instruksi dan seperti diceramahkan antara yang baik dengan yang kurang baik.

"Pengajaran nilai-nilai kemanusiaan ini akan tumbuh seiring dengan adanya pengalaman dan seiring penalaran serta cinta kasih pada sesama makhluk, paling ideal ditumbuhkan melalui penyadaran dengan kemampuan dan kemauan dari pendidik untuk bisa menggaungkan nilai tersebut. Bukan hanya diceramahkan ke anak didik," katanya.

Kemampuan pendidik yang demikian dinilai sangat penting dan krusial demi menciptakan manusia yang berkualitas, menjunjung tinggi nilai-nilai universal kebaikan dan kemanusiaan. Menurutnya, masih banyak pendidik yang justru malah menciptakan anak didik yang intoleran.

"Karena pemahaman dari gurunya menganut prinsip hanya satu kebenaran yang tunggal.  Bahkan pendidikan ada yang membuat menjadi semakin intoleran. Sementara di sisi lain pendidikan yang membuat lebih memahami keragaman ini masih rendah di dalam menangkal radikalisme ini," katanya.

Yuk gabung diskusi sepak bola di sini ...
Advertisement
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement