REJOGJA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Gunung Merapi sudah mengeluarkan rentetan awan panas guguran sejak 11 Maret 2023, dan masih berlangsung hingga 14 Maret 2023 ini. Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X menilai bahwa erupsi Gunung Merapi tersebut merupakan peristiwa alam yang pasti terjadi dan akan berhenti dengan sendirinya.
Peristiwa alam tersebut, kata Sultan, pada hakikatnya untuk mengembalikan ekosistemnya. Terlebih, di kawasan sekitar Merapi terjadi pengrusakan akibat adanya aktivitas penambangan yang dilakukan oleh masyarakat.
Sultan menyebut bahwa erupsi Merapi yang saat ini terjadi untuk menutupi lubang akibat aktivitas penambangan tersebut. Dengan begitu, erupsi Merapi ini merupakan peristiwa alam untuk memperbaiki kerusakan akibat aktivitas-aktivitas tersebut.
Baca juga : Gunung Merapi Meletus, Api Diam Terpantau di Area Kubah Lava Merapi
"Yang penting ngebaki sing (memenuhi yang) dirusak karena ditambang, itu saja. Nanti kalau yang berlubang-lubang itu sudah tertutup kan berhenti sendirinya. Memang itu perlu (waktu) lama, karena memang tidak hanya di atas, yang di bawah juga pada berlubang," kata Sultan dalam keterangan resmi Pemda DIY, Senin (13/3/2023).
Sultan pun mengimbau agar masyarakat tidak panik. Sebab, kata Sultan, erupsi Merapi yang terjadi kali ini tidak seperti erupsi yang terjadi sebelum-sebelumnya."
"Tidak apa-apa, pokoke (pokoknya) hanya sampai di atas saja (luncuran awan panas), tidak akan meletus. Sudah berbeda, orang sudah 10 tahun lebih, biasanya kan empat tahun sekali meletus. Sekarang memang harus keluar ya harus nyembur, tapi 1 sampai 2 kilometer karena yang ditambang di sekitar itu," kata Sultan.
Sultan menuturkan, sejauh ini aktivitas penambangan juga sudah ditutup. Beberapa masyarakat yang sebelumnya masih melakukan aktivitas penambangan, dilakukan pendampingan dan pembinaan untuk membuka peluang ekonomi di sektor pertanian.
Baca juga : Abu Vulkanis Dampak Erupsi Merapi
"Supaya mereka punya pendapatan dari produk di sektor pertanian, supaya tidak nambang lagi," jelasnya.
Hingga Selasa (14/3/2023) pagi, awan panas guguran masih terjadi danmengarah ke barat daya atau Kali Krasak. Status Merapi pun masih belum ditingkatkan, sehingga masih di tingkat siaga atau level 3.
Mengingat aktivitas Merapi yang masih cukup tinggi, maka Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyebut bahwa potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya. Yakni meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal lima kilometer, dan Sungai Bedog, Sungai Krasak, Sungai Bebeng sejauh maksimal tujuh kilometer.
Sedangkan, pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal tiga kilometer, dan Sungai Gendol lima kilometer. Kepala BPPTKG, Agus Budi Santoso mengatakan, lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif, dapat menjangkau radius tiga kilometer dari puncak.
Baca juga : BPPTKG Diminta Terus Informasikan Perkembangan Terbaru Aktivitas Merapi
Untuk itu, masyarakat pun diminta agar tidak melakukan kegiatan atau beraktivitas apapun di daerah potensi bahaya. Masyarakat juga diminta agar mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi, serta mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi.
"Jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan, maka status aktivitas Gunung Merapi akan segera ditinjau kembali," kata Agus.