REJOGJA.CO.ID, SURABAYA -- Pemerintah Kota Surabaya berkolaborasi dengan Forum Zakat (FOZ) Jawa Timur dalam upaya mengentaskan kemiskinan dan pengangguran di Kota Pahlawan. Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi mengatakan, pemkot tak bisa bekerja sendiri dalam menuntaskan masalah kemiskinan dan pengangguran.
"Sehingga dengan hadirnya FOZ Jatim, saya yakin bisa menambah kekuatan dalam menyelesaikan kemiskinan dan pengangguran di Surabaya," kata Eri, Selasa (28/2/2023).
Dijelaskan, dalam upaya mengentaskan kemiskinan dan pengangguran, selama ini pemkot tak hanya mengandalkan APBD Surabaya. Upaya juga dilakukan bersama Baznas Surabaya melalui zakat yang dihimpun dari ASN (Aparatur Sipil Negara) Pemkot Surabaya.
"Di Surabaya, ASN kami gerakkan hatinya, sehingga mereka bayar zakat di awal bulan 2,5 persen bagi yang Islam. Dan zakat itu yang digunakan kembali untuk menyelesaikan kemiskinan, pengangguran, dan macam-macam," ujarnya.
Tak hanya untuk menyelesaikan pengangguran dan kemiskinan, zakat yang dihimpun Baznas Surabaya dari ASN juga digunakan pada bidang pendidikan hingga persoalan sosial lainnya. Misalnya, untuk menebus ijazah pelajar SMA sederajat hingga perbaikan rumah tidak layak huni (Rutilahu) dan pembangunan jamban.
Ketua Forum Zakat (FOZ) Jatim, Kholaf Hibatulloh menyampaikan, ada 61 lembaga zakat yang tergabung dalam FOZ Jawa Timur. Dari jumlah tersebut, ada yang berskala nasional, provinsi, maupun kabupaten/kota.
"Nah, 33-nya (lembaga zakat) itu di Kota Surabaya. Sehingga secara penyaluran juga besarnya di Surabaya," kata Kholaf.
Ia menjelaskan, lembaga zakat yang tergabung dalam FOZ Jatim ini bergerak di lima sektor. Mulai dari pendidikan, kesehatan, ekonomi, dakwah, lingkungan, dan sosial kemanusiaan.
"Yang paling terasa kemarin waktu Covid-19, kita ada sekitar 9.000 anak yatim itu dikolaborasikan bersama. Penyalurannya juga cukup besar di Surabaya," tegas Kholaf.
Ia menyatakan, FOZ Jatim siap mendukung dan berkolaborasi bersama Pemkot Surabaya dalam menyelesaikan persoalan kemiskinan. Termasuk di dalam membantu masyarakat agar memiliki rumah layak huni.
"Layak huni tentu tidak hanya fisiknya, tetapi juga bagaimana orang di dalamnya. Sehingga program ini (diharapkan) bisa sustain untuk kita kolaborasikan," ujarnya.