Jumat 18 Jul 2025 11:09 WIB

Habib Ja'far: Akulturasi Budaya Kunci Harmoni Islam di Indonesia

Keduanya memiliki nilai-nilai yang sama dalam konteks berbeda.

Red: Fernan Rahadi
Pendakwah Habib Jafar menyampaikan dakwah saat acara Glow Up Qolbu di Masjid Agung Sunda Kelapa, Jakarta, Ahad (16/2/2025). Kajian yang diselenggarakan oleh Muslim Pro App tersebut mengangkat tema Membangun Kebiasaan Positif Selama Ramadan yang digelar dalam rangka menyambut bulan suci ramadan.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Pendakwah Habib Jafar menyampaikan dakwah saat acara Glow Up Qolbu di Masjid Agung Sunda Kelapa, Jakarta, Ahad (16/2/2025). Kajian yang diselenggarakan oleh Muslim Pro App tersebut mengangkat tema Membangun Kebiasaan Positif Selama Ramadan yang digelar dalam rangka menyambut bulan suci ramadan.

REJOGJA.CO.ID, JAKARTA -- Islam yang berkembang di Indonesia memiliki kekhasan yang selaras dengan budaya lokal dan nilai-nilai keislaman. Islam Indonesia memiliki karakteristik yang khas karena secara antropologis dan sosiologis disesuaikan dengan budaya Indonesia melalui skema akulturasi.

"Islam itu disesuaikan dengan budaya Indonesia tanpa mengubah aspek-aspek yang sifatnya mendasar," kata Influencer milenial sekaligus ustaz muda, Habib Husein Ja'far Al Hadar, atau akrab disapa Habib Ja'far di Jakarta, Rabu (16/7/2025).

Habib Ja’far menjelaskan, dalam hukum Islam, akulturasi atau penyesuaian ini dikenal dengan ‘urf, di mana adat kebiasaan yang baik dapat menjadi hukum, tanpa mengubah aspek-aspek fundamental Islam, baik dari sisi teologi, fikih, maupun tafsir Alquran dan Sunnah.

Ia mencontohkan, pelaksanaan zakat fitrah di Indonesia menggunakan beras sebagai makanan pokok, berbeda dengan di Arab yang menggunakan gandum atau kurma. Hal ini lumrah terjadi karena inti dari zakat fitrah adalah memberikan makanan pokok kepada mereka yang membutuhkan.

Oleh karena itu, Habib Ja’far menambahkan, perlunya kedewasaan dan kebijaksanaan dalam menerima informasi atau mendengar ceramah dari ulama yang berasal dari luar Indonesia. Apakah ceramah tersebut bisa disesuaikan dengan karakter bangsa, atau tidak. Jangan sampai umat malah mudah menghakimi atau memprovokasi orang lain yang tidak sependapat.

“Akulturasi inilah yang menyebabkan Islam di Indonesia begitu kuat. Meskipun kita dijajah dalam waktu yang lama, nilai-nilai Islam tetap terjaga karena telah berbaur dengan budaya Indonesia itu sendiri,” kata Habib Ja’far.

Menanggapi terkait adanya kelompok garis keras yang kerap membenturkan Islam dengan Pancasila sebagai ideologi bangsa, Ja’far menyatakan bahwa tindakan tersebut tidak tepat. Ia berpandangan bahwa keduanya tidak bisa disandingkan, karena keduanya memiliki nilai-nilai yang sama dalam konteks berbeda.

Menurutnya menjunjung tinggi nasionalisme dan menjadi Muslim seutuhnya adalah hal yang sudah sepatutnya dijalankan bersamaan, karena nilai luhur kebangsaan dan ajaran agama sama-sama menentang ketidakadilan dan kezaliman.

Habib Ja'far menganalogikan Pancasila laiknya Piagam Madinah, sebuah kesepakatan yang dibuat Nabi Muhammad SAW untuk mengatur kehidupan secara damai antara umat Islam dengan komunitas lain di Madinah. Ja’far memaparkan bahwa setiap sila dalam Pancasila merefleksikan ajaran dasar Islam.

"Bahkan sejak pertama kali dibuat, Pancasila telah melibatkan para ulama-ulama baik dari Nahdlatul Ulama maupun dari Muhammadiyah," katanya.

Alumnus Magister Ilmu Quran dan Tafsir dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ini menilai perlunya masyarakat untuk memilah informasi di tengah infiltrasi ideologi transnational dalam konten dakwah di media sosial. Menurutnya, ujian paling dasar untuk sebuah konten dakwah adalah apakah ia mengandung cinta kasih (rahmatan lil 'alamin) dan etika (akhlak).

Pria berdarah Madura dan Arab ini menilai dakwah yang benar bersifat aspirasi, inspirasi, dan rasional. Sebaliknya, dakwah yang keliru cenderung menggunakan narasi provokasi, intimidasi dan emosi.

"Kalau nilai-nilai dakwah itu disampaikan dengan provokasi, maka itu sudah jelas bertentangan dengan nilai Islam. Tapi kalau disampaikan sebagai edukasi, maka itu sesuai dengan nilai-nilai Islam," pungkasnya.

Yuk gabung diskusi sepak bola di sini ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement