Senin 14 Apr 2025 17:11 WIB

MPM Muhammadiyah Ajak Komunitas Mardiko Bantul Olah Sampah dan Ciptakan Peluang Ekonomi

Rumah Produksi Pengolahan Sampah Mardiko saat ini dapat menjadi rumah percontohan.

Rep: Wulan Intandari/ Red: Fernan Rahadi
Kunjungan Sekretariat Badan Kerjasama Organisasi Wanita DIY di Rumah Produksi Pengolahan Sampah MARDIKO, Piyungan, Kabupaten Bantul, Senin (14/4/2025).
Foto: Wulan Intandari
Kunjungan Sekretariat Badan Kerjasama Organisasi Wanita DIY di Rumah Produksi Pengolahan Sampah MARDIKO, Piyungan, Kabupaten Bantul, Senin (14/4/2025).

REJOGJA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Keputusan pemerintah DIY untuk menutup TPA Piyungan sempat menimbulkan kegagapan hajat hidup masyarakat lokal, baik dalam aspek ekonomi maupun sosial. Namun siapa sangka, kondisi itu justru menjadi peluang bagi kelompok pemulung yang tadinya hanya mengumpulkan sampah dari tumpukan kini bertranformasi menjadi pengolah sampah yang terintegrasi.

Hal ini tak lepas dari pendampingan yang dilakukan oleh Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah kepada Rumah Produksi Pengolahan Sampah Mardiko tersebut. 

Ketua MPM PP Muhammadiyah, M. Nurul Yamin menyampaikan terima kasih atas perhatian yang diberikan banyak pihak yang ikut andil dalam transformasi yang dilakukan kelompok dampingannya, termasuk kunjungan dari Sekretariat Badan Kerjasama Organisasi Wanita DIY di Piyungan, Bantul.

"Teman-teman paguyuban Mardiko ini kerawuhan, menerima organisasi wanita se-DIY. Ini menunjukkan perhatian yang besar dari masyarakat terhadap apa yang dilakukan oleh komunitas Makaryo Adhi Katon," kata Yamin, Senin (14/4/2025).

Yamin menjelaskan Rumah Produksi Pengolahan Sampah Mardiko saat ini dapat menjadi rumah percontohan sekaligus sebagai rumah edukasi dan belajar bersama bagi siapa pun untuk mencari solusi dari persoalan-persoalan yang sedang dihadapi masyarakat berkaitan dengan sampah.

Dia tak menampik bahwa  semangat kewirausahaan (entrepreneurship) sudah tumbuh dalam diri seluruh anggota Mardiko. Mereka yang pada awalnya adalah pemulung kini menjadi pengolah sampah terintegrasi berkat adanya RPPS tersebut. Bahkan saat ini mampu menghasilkan pundi-pundi uang dari hasil olahan sampah tersebut dan merambah ke peternakan ayam.

Hasil ternak tersebut juga menjadi bagian pasca adanya pengembangan yang selama ini dilakukan oleh komunitas Mardiko. Kedepan harapannya kelompok tersebut mampu menciptakan peluang ekonomi lainnya secara mandiri.

"Di situ ada transformasi menjadi wirausahawan, sekarang mereka sudah berwirausaha secara kolektif. Dan sekarang sudah memiliki koperasi berbadan hukum,” ungkap Yamin.

MPM PP Muhammadiyah tak sendirian, tetapi bersama Universitas Muhammadiyah Surakarta, Universitas Ahmad Dahlan, dan Universitas Aisyiyah Yogyakarta juga berkomitmen meminimalisir dampak dari pembakaran sampah yang merugikan lingkungan. Sehingga dalam hal pengolahan sampah, ada dua hal yang sebetulnya perlu diubah citranya. 

Di sisi lain, RPPS ini juga dipersiapkan untuk menjadi laboratorium para peneliti serta dosen dari berbagai perguruan tinggi Muhammadiyah untuk melakukan pengabdian masyarakat agar kedepan ada inovasi-inovasi baru dalam pengolahan sampah dan kegiatan ekonomi lainnya.

"Kita berharap keberadaan dari rumah produksi Mardiko ini, di samping menjadi bagian dari kontribusi Muhammadiyah untuk mengurangi persoalan sampah yang terjadi bukan hanya di Yogyakarta tapi juga menjadi problem secara nasional, itu sebenarnya pengembangan juga pada ruang pendidikan, ruang pengembangan pengabdian masyarakat, ruang pembentukan karakter, kepedulian sosial dan lain lain bisa dikembangkan disana," ujarnya.

Ketua Kelompok Mardiko, Maryono menyampaikan rasa syukurnya karena Mardiko dapat terus eksis hingga sekarang. Dan dalam perkembangannya, Mardiko terus bertransformasi seperti menjadi Rumah Produksi Pengolahan Sampah yang dilengkapi dengan berbagai sarana prasarana, mulai dari dump truk berkapasitas 6 ton, alat bantu pemilah sampah berkapasitas 4 ton, rumah khusus pengomposan dan budidaya maggot, dan alat pembakaran insenerator berkapasitas 3 ton.

Setidaknya hampir 4 hingga 5 ton sampah yang berhasil diolah setiap harinya.  Selain pengolahan sampah, kelompoknya juga telah menjalankan peternakan ayam dengan label TelorMoe. Dengan pakan maggot, kualitas telur yang dihasilkan tentu lebih sehat.

"Kita mengolah sampah riil detail tidak ada yang tersisa. Dalam artian sampah masuk rumah produksi, kami pilah dengan mesin,” ungkap Maryono.

"Produk yang dihasilkan saat ini ada kompos, budidaya magot, ada ternak ayam yang menghasilkan telur juga ECO enzym sebagai pengharum bau bau yang tidak sedap," ucapnya.

Sementara itu, Siti Azizah dari Sekretariat Badan Kerjasama Organisasi Wanita DIY sekaligus Ketua Pelaksana Hari Kartini 2025 DIY mengapresiasi langkah-langkah transformatif inklusif yang dilakukan oleh MPM PP Muhammadiyah. Dalam kesempatan ini, pihaknya membagikan 170 paket sembako kepada anggota kelompok Mardiko sebagai bentuk kepedulian sosial. Pihaknya juga berharap akan ada tindak lanjut kerjasama untuk memperkuat pemberdayaan yang inklusif gender. 

"Sebenarnya kita berawal dari beberapa kelompok yang sering kita jadikan tujuan untuk bakti sosial. Tidak sengaja, kita ketemu dengan beberapa pemulung, tapi kita tidak tau awalnya bahwa ini ada komunitasnya. Dan ketika kami browsing, kami senang sekali karena ada paguyuban yang tertata rapi dan alhamdulilah kita bisa berkolaborasi dengan MPM (dalam giat ini)," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement