
REJOGJA.CO.ID, Oleh: Raden Roro Widya Sekar Mawardhani (SMAN 1 Palimanan Jawa Barat)*
Manusia dilahirkan dengan naluri untuk berkontribusi, meninggalkan jejak kebaikan yang akan dikenang. Hasrat untuk menjadikan dunia lebih baik, mewariskan cerita inspiratif kepada generasi penerus, menjadi pendorong utama bagi para remaja di SMAN 1 Palimanan.
Mereka ingin mengukir kisah masa muda yang bermakna, sebuah warisan yang mengajarkan generasi mendatang untuk bertindak lebih bijak. Indonesia, dengan kekayaan alamnya, juga dianugerahi generasi muda yang mempunyai tekad untuk melestarikan lingkungan.
Awal Mula Lahirnya Sebuah Ide Membentuk Bank Sampah
Di bawah terik matahari Kabupaten Cirebon, aktivitas siswa-siswi SMAN 1 Palimanan berlangsung seperti biasa. Namun, di antara keramaian, 13 siswa kelas 10 terlihat berkumpul dengan serius. Mereka adalah koordinator Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), sebuah program pendidikan karakter dalam Kurikulum Merdeka. Pertemuan kali ini membahas proyek tema 2, "Gaya Hidup Berkelanjutan", di mana SMAN 1 Palimanan bekerja sama dengan Komunitas Pegiat Lingkungan.
"Teman-teman, sadar tidak? Kalau di setiap harinya anak-anak bisa mengonsumsi air mineral sebanyak 2-3 botol perhari," ucap Bu Kiki, selaku pembimbing proyek P5 dari Komunitas Pegiat Lingkungan.
Saat diberikan pertanyaan tersebut, 13 siswa-siswi koordinator P5 turut berpikir. Mereka seraya bergumam, "Wow... mayoritas siswa-siswi memang mengonsumsi air mineral. Coba kita bayangkan jika 1.000 siswa-siswi mengonsumsi dua botol perhari. 1.000 dikali 2 botol, ada 2.000 botol sampah!" Baru tersadar saat ditanya, siswa-siswi koordinator tak menyangka ada sebanyak itu sampah yang dihasilkan, bahkan itu hanya dalam kurun waktu satu hari!
Dari pertemuan di teriknya siang itu membuka pandangan 13 siswa-siswi SMAN 1 Palimanan akan banyaknya sampah yang dihasilkan di lingkungan sekolah mereka. tampaknya, merekalah muda-mudi yang mempunyai tekad. Mereka mulai memperhatikan tempat pembuangan sampah di sekitar. Butuh berapa banyak waktu agar tong sampah yang semula kosong dapat terisi penuh?
Ya, mereka mulai menganalisis agar menemukan fakta sesungguhnya mengenai sampah di sekolah. Dari analisis yang mereka lakukan, tong sampah dapat terisi penuh oleh sampah hanya dalam hitungan menit. Dan jenis sampah terbanyak adalah sampah botol mineral. Ini membuktikan obrolan mereka dengan Bu Kiki, membuat mereka tersadar, dan membahas masalah ini di pertemuan berikutnya.
"Bukan hanya di lingkungan sekolah, teman-teman. Saya turut prihatin karena di lingkungan rumah saya pun sampah plastiknya sangat membludak, apabila tidak ditangani ini bisa menjadi masalah besar loh," kata Bu Kiki menanggapi cerita dari 13 siswa-siswi koordinator yang menceritakan tentang analisis mereka mengenai sampah di sekolah.
“Maka dari itu, saya ada di sini. Saya ingin mengajak teman-teman untuk peduli dengan permasalahan sampah. Teman-teman sedih gak sih liat lingkungan sekolah yang indah ini ternyata ada pemandangan sampah yang berserakan?"
Sebanyak 13 siswa-siswi mengangguk. Omongan Bu Kiki sungguh benar, mereka merasa tak nyaman jika melihat sampah yang berserakan di sekolah ini. Bu Kiki mengajak para siswa untuk peduli pada masalah ini dan menciptakan lingkungan sekolah yang lebih bersih. Ia juga berharap kolaborasi ini tidak berhenti setelah proyek P5 selesai.
“Saya juga mau kolaborasi kita tidak hanya di Tema 2 ini, ketika proyek selesai, hubungan kita juga selesai. Duh, saya sedih loh..” Bu Kiki mencairkan suasana, 13 siswa-siswi tertawa dan menanggapi candaan Bu Kiki.
Nepallution: Wujudkan Generasi Revolusi Bebas Sampah
Dari diskusi inilah lahir "Nepallution", nama untuk bank sampah di SMAN 1 Palimanan. Ibu Kiki dan 13 siswa koordinator memiliki visi yang sama, yaitu mengelola sampah dengan baik dan menciptakan lingkungan sekolah yang bersih. Bagi para siswa, Ibu Kiki adalah sosok inspiratif yang membimbing mereka dalam perjalanan ini.
Mereka mulai aktif menyosialisasikan pengelolaan sampah, mengadakan penimbangan sampah rutin, dan mengedukasi siswa lain tentang pentingnya menjaga lingkungan. Hadirnya Bu Kiki adalah pahlawan. Yang membawa mereka mengukir cerita positif semasa mereka SMA. Diiringi dengan semangat yang tak kunjung reda, 13 siswa/i yang semula menjadi koordinator P5 kini juga memegang tanggung jawab sebagai pengurus Nepallution.
Mereka tak henti menyuarakan tentang pengelolaan sampah yang baik, salah satunya adalah dengan kehadiran Bank Sampah SMAN 1 Palimanan. Mereka berusaha secara rutin mengadakan penimbangan sampah di sekolah. Dengan harapan berawal dari 13 siswa-siswi ini mereka dapat menularkan energi positif ke siswa-siswi lainnya untuk turut menjaga lingkungan dan mengelola sampah dengan baik.
Semangat mereka tidak pudar, bahkan setelah proyek P5 Tema 2 selesai dilaksanakan. Mereka justru bergerak lebih giat lagi. Dengan dukungan dari pihak sekolah, mereka mengikuti perlombaan kampanye lingkungan yang diselenggarakan oleh DLH. Usaha yang mereka lakukan terjawab dengan keberhasilan Nepallution meraih Juara 1 dalam lomba Pengelolaan Sampah di lingkungan sekolah. Keberhasilan ini menjadi bukti nyata komitmen mereka dalam menjaga lingkungan.
Namun, kebahagiaan mereka terusik saat Ibu Kiki harus pindah ke Jawa Tengah. Mereka merasa kehilangan sosok yang selama ini membimbing dan menginspirasi mereka. Mereka sadar bahwa pertemuan mereka, meski singkat, sangat bermakna. Pelajaran yang mereka dapatkan akan menjadi warisan cerita bagi generasi mendatang.
Ternyata, itulah makna dari adanya pertemuan di antara mereka, meski berakhir dengan perpisahan, pengalaman ini merupakan pelajaran berharga yang mereka dapatkan. Pelajaran yang esok hari akan menjadi cerita yang kelak dapat diceritakan ke anak cucu. Apa pun hal yang mereka lakukan di masa muda, adalah hal yang nantinya menentukan langkah kehidupan mereka. Mereka sungguh berterima kasih karena satu sosok yang masuk ke dalam kehidupan mereka, dan turut mewarnai kisah mereka di SMA. Kepada Bu Kiki, dari Komunitas Pegiat Lingkungan.
Kisah Bank Sampah "Nepallution" di SMAN 1 Palimanan adalah bukti nyata bahwa para pemuda di Indonesia mampu bertekad untuk lingkungan, serta dapat menjadi pengaruh positif di lingkungannya. "Nepallution" adalah cerminan semangat generasi muda Indonesia dalam menjaga lingkungan.
Dengan langkah kecil, keberanian, dan cinta lingkungan, mereka berhasil mengubah sampah menjadi nilai ekonomis dan menciptakan sekolah yang lebih bersih. Inilah warisan cerita untuk generasi mendatang, mengisi tabungan cerita masa muda dengan keberkahan untuk lingkungan. Memberi pemahaman bahwa setiap tindakan sekecil apapun, dapat memberikan dampak besar bagi lingkungan.
*Karya jurnalistik di atas menjadi Juara 2 Lomba Menulis Feature Kategori SMA/SMK/MA pada event UII Ramadan Fair 2025 kolaborasi antara Universitas Islam Indonesia dengan Republika