Kamis 09 Jan 2025 18:52 WIB

PMK di DIY Meningkat, Pemprov Yogya Tingkatkan Kewaspadaan

Pemprov mengencarkan pemantauan kondisi ternak di kandang.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Karta Raharja Ucu
Total target vaksinasi PMK di Provinsi DI Yogyakarta sebanyak 308.826 ekor.
Foto: Kementan
Total target vaksinasi PMK di Provinsi DI Yogyakarta sebanyak 308.826 ekor.

REJOGJA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Hewan ternak yang terjangkit penyakit mulut dan kuku (PMK) di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) meningkat. Kasus PMK ditemukan di sejumlah kabupaten di DIY yakni Kabupaten Gunungkidul, Kabupaten Sleman, Kabupaten Kulon Progo, dan Kabupaten Bantul.

Sedangkan, di Kota Yogyakarta belum dilaporkan adanya hewan ternak yang terjangkit PMK. Meski begitu, Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi PMK, mengingat di kabupaten lainnya di DIY ditemukan hewan ternak terjangkit PMK.

Peningkatan kewaspadaan ini dilakukan dengan menggencarkan pemantauan kondisi ternak di kandang ternak oleh Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Kota Yogyakarta. Selain itu, komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kepada peternak terkait pencegahan PMK juga dilakukan.

“Baik peternak individu maupun kelompok ternak dilakukan edukasi terkait PMK. Tujuan utamanya dalam rangka pencegahan PMK masuk di wilayah Kota Yogyakarta,” kata Medik Veteriner DPP Kota Yogyakarta, Imam Abror dalam keterangannya belum lama ini.

Pemantauan salah satunya dilakukan di kandang ternak di Pandeyan, Umbulharjo, Kota Yogyakarta pada awal pekan ini. Dalam pemantauan tersebut, dilakukan pemeriksaan kondisi fisik hewan ternak, terutama bagian mulut.

Selain itu, juga diberikan desinfektan kepada pengelola ternak untuk sterilisasi kandang dari kuman dan penyakit. Menurut Imam, dari hasil pemantauan, kondisi ternak sapi di Pandeyan cukup bagus, karena sapi sudah lama diternak di kandang tersebut.

“Kita mengedukasi berkaitan dengan sistem biosecurity supaya peternak lebih menjaga kebersihan. Baik kebersihan secara individu maupun kandang,” jelas Imam.

Petugas yang melakukan pemeriksaan, katanya, juga memberikan edukasi agar peternak menjaga stabilitas kandang dengan tidak membeli ternak sapi terlebih dahulu mengingat sebagian hewan ternak terjangkit PMK di DIY. Selain itu, pihaknya juga sudah melakukan vaksinasi PMK terhadap hewan ternak yang ada di Kota Yogyakarta.

“Kita juga memberikan desinfektan untuk menunjang kegiatan biosecurity di peternakan masing-masing,” ungkapnya.

Dijelaskan Imam, hingga Januari 2025 ini belum dilaporkan adanya kasus PMK di Kota Yogyakarta. Bahkan, pada saat kasus PMK pertama melonjak di tahun 2022, Kota Yogyakarta juga aman dari PMK.

Hal ini juga mengingat populasi ternak khususnya sapi di Kota Yogyakarta tidak terlalu banyak yang saat ini tercatat sekitar 100 ekor. “Kalau ada gejala yang muncul karena PMK termasuk penyakit hewan menular strategis, diharapkan untuk melapor ke Dinas Pertanian dan Pangan supaya bisa segera dilakukan penanganan dan tindakan,” kata Imam.

Imam menuturkan, PMK disebabkan virus Aphthovirus yang rentan menyerang hewan berkuku belah seperti sapi, kambing, dan domba. Dikatakan, Indonesia sendiri sudah bebas dari PMK pada 1989, namun mewabah kembali di tahun 2022.

Dia menjelaskan, gejala-gejala PMK antara lain adanya luka lesi pada mulut, dan kaki khususnya bagian kuku. Kondisi hewan ternak, lanjutnya, biasanya tidak bisa berdiri dan kadang sampai lepas kuku.

“Yang jelas tidak mau makan karena di seluruh bagian mulutnya terdapat lesi. Dampak paling buruk kematian, karena PMK mengakibatkan beberapa penyakit sekunder yang infeksinya bisa menyebabkan kematian pada sapi,” ungkap Imam.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement