REJOGJA.CO.ID, GUNUNGKIDUL -- Permasalahan stunting masih menjadi pekerjaan tersendiri bagi pemerintah. Namun tanggung jawab sosial akan stunting bukan hanya menjadi tugas pemerintah semata tetapi juga membutuhkan kolaborasi banyak stakeholder yang bisa mengambil peran dalam mengatasi permasalahan tersebut.
Implementasi Kerja Kolaborasi Qurban for Stunting secara resmi dibuka oleh Plt Bupati Gunungkidul, Heri Susanto, didampingi oleh Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Gunungkidul, Mukotip, di Aula kantor Pusat Layanan Haji dan Umroh Terpadu (PLHUT) Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Gunungkidul, beberapa waktu lalu.
Melalui optimalisasi qurban dari masyarakat, maka pengelolaan dinilai akan lebih efektif untuk kemanfaatan jangka panjang dan jangkauan yang lebih luas. Qurban menjadi momentum dalam memproduksi sumber protein hewani yang dibutuhkan bagi pertumbuhan.
Program Superqurban yang mengolah daging qurban menjadi varian kornet dan rendang menjadi salah satu sumber protein hewani sepanjang tahun bisa dioptimalkan untuk mendukung kebutuhan protein hewani bagi masyarakat.
Kolaborasi stakeholder dengan pemerintah daerah dalam hal ini diinisiasi oleh Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gunungkidul, BAZNAS, LAZ Rumah Zakat, Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Muslimat, Aisyiyah, BSI Wonosari, dan RSI Wonosari berkolaborasi menjalankan implementasi berupa penyaluran Superqurban untuk diperuntukan bagi keluarga resiko stunting.
"Rangkaian kerja kolaborasi ini terdiri dari edukasi kesehatan, pelatihan olahan makanan dari kornet dan rendang, serta pendampingan keluarga resiko stunting," kata Branch Manager Rumah Zakat DIY, Warnitis, dalam siaran pers yang diterima Republika, Ahad (10/11/2024).