Senin 09 Sep 2024 12:03 WIB

Teknologi Inovatif Dinilai Jadi Kunci Tingkatkan Produktivitas Padi di Lahan Sulfat Masam

produktivitas padi di Penajam Paser Utara tercatat hanya sekitar 2-3 ton per hektare.

Red: Fernan Rahadi
Asosiasi Bioagroinput Indonesia (ABI) melakukan studi evaluasi input teknologi budidaya padi di lahan sulfat masam di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Rabu (4/9/2024) lalu.
Foto: dokpri
Asosiasi Bioagroinput Indonesia (ABI) melakukan studi evaluasi input teknologi budidaya padi di lahan sulfat masam di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Rabu (4/9/2024) lalu.

REJOGJA.CO.ID, PENAJAM PASER UTARA -- Asosiasi Bioagroinput Indonesia (ABI) melakukan studi evaluasi input teknologi budidaya padi di lahan sulfat masam di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Rabu (4/9/2024) lalu.

Teknologi yang digunakan mengedepankan penggunaan biostimulan, pupuk mikro

majemuk, pembenah tanah, dan pestisida alami yang ramah lingkungan.

Kegiatan ini merupakan upaya untuk menjawab tantangan besar dalam budidaya padi

di lahan sulfat masam yang dikenal dengan karakteristiknya yang tidak menguntungkan seperti kandungan hara yang rendah, pH tanah yang sangat masam, serta tingginya

kandungan pirit dan toksisitas aluminium (Al3+).

Acara ini dihadiri oleh Direktur Pupuk dan Pestisida, Direktorat Jenderal Prasarana

dan Sarana Pertanian, Kepala Balai Pengujian Standar Instrumen Tanah dan Pupuk, Para

pakar dari IPB University, Dosen Universitas Pertahanan, Himpunan Kerukunan Tani

Indonesia (HKTI) serta undangan lainnya.

Direktur Pupuk dan Pestisida, Dr Jekvy Hendra, mengatakan pihaknya

mendukung kegiatan yang digelar oleh Asosiasi Bioagroinput Indonesia (ABI) untuk

perbaikan lahan pertanian khususnya di Kab. Penajam Paser Utara (PPU).

“Apapun yang dibutuhkan masyarakat dan petani kita akan memfasilitasi dengan cara

perluasan lahan pertanian tanaman pangan untuk peningkatan produksi, sebagai langkah antisipasi ancaman darurat pangan” kata Jekvy Hendra.

“Penggunaan teknologi ini (biostimulan, pupuk mikro majemuk, pembenah tanah, dan

pestisida alami) dapat meningkatkan daya saing pertanian lokal dengan biaya yang lebih rendah dan hasil yang lebih baik," katanya menambahkan.

Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022, produktivitas padi di

Penajam Paser Utara tercatat hanya sekitar 2-3 ton per hektare. Angka ini jauh di bawah rata-rata produktivitas nasional, dan rendemen padi di wilayah ini juga rendah, hanya mencapai kurang dari 50 persen. Rendahnya produktivitas ini mencerminkan betapa sulitnya kondisi pertanian di lahan sulfat masam, ditambah lagi dengan serangan OPT yang tinggi.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Penajam Paser Utara, Andi Traso, dalam

sambutannya menyampaikan, “Kami berkomitmen untuk meningkatkan produksi pertanian dan produktivitas melalui berbagai upaya, termasuk pemanfaatan teknologi yang tepat. Bersama Kementerian Pertanian kita pecahkan masalah ini dengan memperbaiki kondisi tanah lahan pertanian” ungkapnya.

Andi Traso berharap dengan kegiatan yang digelar oleh Asosiasi Bioagroinput Indonesia (ABI) sebagai langkah awal untuk membangun pertanian di Penajam Paser Utara guna memenuhi kebutuhan di IKN Nusantara.

Asosiasi Bioagroinput Indonesia (ABI) mengemukakan konsep PROFITISASI

pertanian, bukan sekedar Intensifikasi atau Ekstensifikasi. Dimana petani tidak hanya didorong untuk menanam, tetapi juga memastikan mereka dapat panen dengan baik dan mendapatkan keuntungan.

Ketua Umum ABI, Gunawan Sutio menegaskan pihaknya percaya bahwa kunci dari

kedaulatan pangan dan peningkatan daya saing produk pertanian terletak pada penggunaan sarana produksi dari industri dalam negeri, yang memanfaatkan sumber daya dalam negeri.

Dengan dukungan dari pemerintah serta edukasi kepada petani, kami yakin produktivitas padi di lahan sulfat masam dapat meningkat secara signifikan.

Program ini didukung oleh Dosen Tetap Universitas Pertahanan, Kementerian

Pertahanan, Brigjen TNI Iswan Gunadi, Dosen IPB University Prof Dadang,

Prof Budi Mulyanto, dan Dr. Darmawan yang turut memberikan pandangan

akademis mengenai aplikasi teknologi budidaya yang inovatif.

Asosiasi Bioagroinput Indonesia (ABI) merupakan asosiasi nirlaba yang mewadahi

produsen yang bergerak di bidang input pertanian (pupuk dan pestisida) yang bersifat

organik atau hayati. ABI senantiasa mendukung dan mengembangkan ketersediaan

produk pangan yang aman, sehat dan ramah lingkungan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement
Advertisement
Advertisement