Terkait penentuan Ramadhan dan Syawal, Zuhdi mengatakan, NU mempunyai dua pedoman, yakni rukyatul hilal dan istikmal. Sementara hitung-hitungan lain, seperti hisab, disebut sebagai sarana konfirmasi.
“Mbah Benu ini ketika ditanya kriterianya apa, pedomannya, beliau mengatakan saya tidak punya pedoman. Nah, itu kan Islam harus rasional juga, tidak asal begitu,” ujar Zuhdi.
Zuhdi mengatakan, langkah PWNU DIY menyurati Mbah Benu merupakan upaya untuk mengajaknya berdialog. Menurut dia, PWNU DIY dan PCNU Gunungkidul tadi malam melakukan rapat gabungan untuk membahas Mbah Benu dan jamaah Aolia. Termasuk mengantisipasi persekusi terhadap mereka. “Termasuk antisipasi-antisipasi hal seperti itu,” kata Zuhdi.
Penjelasan Mbah Benu
Jamaah Aolia di Gunungkidul melaksanakan sholat Idul Fitri pada Jumat (5/4/2024). Waktunya lebih awal dari ketetapan pemerintah, sebagaimana juga tahun lalu. Mbah Benu lantas viral dengan pernyataannya “menelepon Allah” untuk menentukan Idul Fitri.
Lewat rekaman video, Mbah Benu menyampaikan klarifikasi atas pernyataan tersebut. “Itu sebenarnya hanya istilah, dan yang sebenarnya adalah perjalanan spiritual saya kontak batin dengan Allah,” ujar Mbah Benu, dikutip dalam video yang diterima, Sabtu (6/4/2024).
Mbah Benu mengaku tidak bermaksud menyinggung pihak lain dengan pernyataan tersebut. Ia pun menyampaikan permintaan maaf. “Apabila pernyataan saya menyinggung atau tidak berkenan, saya mohon maaf sebesar-besarnya kepada semua pihak,” ujar Mbah Benu.