Selasa 16 Jan 2024 14:26 WIB

Pakar Beberkan Penyebab Kepunahan Pari Jawa

Overfishing pada beberapa tempat menjadi salah satu faktor punahnya Pari Jawa.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Fernan Rahadi
Spesimen pari jawa atau yang dikenal dengan nama latin Urolophus javanicus.
Foto: Edda Aßel, Museum für Naturkunde Berlin [Via
Spesimen pari jawa atau yang dikenal dengan nama latin Urolophus javanicus.

REJOGJA.CO.ID, SURABAYA -- Ahli perikanan dan kelautan Universitas Airlangga (Unair) Prof M Amin Alamsjah mengungkap penyebab punahnya Pari Jawa (Urolophus Javanicus) yang sebelumnya masuk dalam daftar merah. Pari Jawa menjadi hewan pertama yang punah akibat ulah manusia. Proses kepunahan itu terjadi secara berangsur-angsur dengan reduksi bertahap.

"Pari Jawa merupakan hewan yang berkembang biak secara ovovivipar, sehingga membutuhkan media yang baik dalam proses perkembangbiakan. Selain itu, dibutuhkan nutrisi berupa ikan kecil atau udang untuk melangsungkan hidup," kata Amin, Selasa (16/1/2024).

Ia menjelaskan beberapa faktor penyebab kepunahan Pari Jawa. Di antaranya akibat penangkapan ikan yang notabene menyebabkan kerusakan ekstrem seperti menggunakan bom ikan atau bahan kimia. Selain itu, overfishing pada beberapa tempat juga menjadi salah satu faktor punahnya Pari Jawa.

"Penyebabnya juga dapat terjadi karena terdapat spesies invasif. Tapi hal lain yang tidak kalah kuat ialah degradasi habitat. Hal ini dapat terjadi karena pembangunan di daerah pesisir seperti pembangunan dermaga atau tambak intensif yang pada akhirnya memangkas green belt sebagai salah satu media perkembangbiakan spesies air seperti ikan atau udang," ujarnya.

Ia menambahkan, degradasi habitat juga dapat terjadi ketika terdapat kegiatan ekstraksi habitat seperti eksploitasi pasir, perdagangan biota ilegal, hingga limbah pabrik yang dibuang secara langsung, dan perubahan iklim. Terdapat beberapa organisme yang tidak bisa beradaptasi pada naiknya suhu air karena cairnya es di kutub utara.

Ia menegaskan, sebagian besar perilaku manusia menyebabkan perubahan ekosistem seperti rusaknya parameter kualitas air dan perubahan lingkungan. Hal ini menjadi masalah ketika terjadi perubahan fungsi perairan. Amin mengatakan, terdapat wilayah perairan yang berperan sebagai buffer (penetral).

"Sayangnya, pada titik tertentu dapat terjadi over carrying capacity dalam menampung bahan toxic sehingga terjadi degradasi ekosistem," ucapnya.

Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan Unair itu pun menhingatkan, kepunahan Pari Jawa seharusnya menjadi pelajaran, sehingga perlu adanya upaya pencegahan kepunahan spesies lain. Menurutnya Kementerian Kelautan dan Perikanan harus membuat daftar spesies yang lebih intern dan mendetail mengenai status keberadaanya. KKP perlu sering melakukan identifikasi dan sosialisasi ke stakeholder, terutama para nelayan.

"Dibutuhkan juga dorongan kuat dari pemerintah mengenai sumber daya perairan. Sudah banyak regulasi yang dibuat, tinggal memperkuat lagi pengkondisian kesadaran masyarakat mengenai kekayaan perairan. Bukan hanya sekedar penangkapan tapi juga pengolahan hasil perikanan dan kelautan," kata dia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement
Advertisement
Advertisement