REJOGJA.CO.ID, BANTUL -- Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul belum menemukan adanya kasus pneumonia jenis baru atau pneumonia mycoplasma. Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, pun mengimbau agar masyarakat tidak panik dengan adanya kasus pneumonia jenis baru yang sudah memasuki wilayah Indonesia.
"Ini kan masih awal, kita harus mempelajari itu dulu dan memberikan respons memadai. Jangan sampai isu itu membuat masyarakat panik," ujar Bupati saat ditemui seusai groundbreaking Jemabatan Pandansimo, Srandakan, Bantul.
Menurut bupati, kasus pneumonia jenis baru tersebut kini masih berada di ranah kewenangan Kementerian Kesehatan RI. Saat ini pemkab melalui Dinas Kesehatan masih melakukan koordinasi mengenai apa itu mycoplasma pneumoniae dan karekteristiknya.
"Kemenkes, Dinkes DIY, dan Dinkes Bantul sedang melakukan koordinasi bagaimana itu kita pahami dulu pneumonia ini, jangan jadi isu lalu masyarakat panik. Seberapa cepat penyebarannya, bagaimana karakteristik virus itu (masih dipelajari)," ujarnya.
Terpisah, Kepala Bidang Penanggulangan Penyakit (P2P) Dinkes Bantul Samsu Aryanto menjelaskan hingga saat ini kasus pneumonia yang terjadi di Bantul merupakan pneumonia yang biasa terjadi.
"Kasus pneumonia yang terjadi akhir-akhir ini tidak ada perbedaan dari kasus sebelumnya," ujar Samsu saat dihubungi Republika.
Data dari Dinkes Bantul menunjukkan, sepanjang Januari - November 2023, kasus pneumonia di wilayah Bantul berada pada angka 2838 kasus. "Dari Januari - November 2838 kasus, tapi trennya masih wajar tidak ada lonjakan," jelasnya.
Menurut Samsu, jumlah tersebut masih dalam kisaran kumulatif yang sama dengan periode yang sama pada 2022. Data tersebut berasal dari laporan rutin fasilitas layanan kesehatan baik milik pemerintah maupun swasta.
Ia menjelaskan gejala pneumonia mirip dengan infeksi saluran pernapasan lainnya, yakni dengan gejala batuk pilek. Adapun untuk antisipasi penularan, ia mengimbau agar masyarakat menggunakan masker apabila memiliki gejala tersebut.
Selain itu perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) juga perlu diterapkan. Meski balita dianggap kelompok yang rentan terkena penyakit ini, ia menegaskan penyakit ini masih bisa tertangani dengan baik oleh tenaga kesehatan.
"Kondisi balita lebih rentan, tapi sejauh ini masih bisa dikendalikan. Tidak terjadi fatalitas, sampai saat ini," kata dia.