Seperti diketahui, sejumlah saham perusahaan anjlok setelah adanya gerakan boikot produk-produk yang dinilai pro Israel. Misalnya, nilai pasar Starbucks turun 10,98 miliar dolar AS atau sekitar Rp 155,02 triliun akibat adanya gejolak dalam beberapa pekan terakhir, mulai dari pemboikotan, pemogokan staf, dan promosi liburan yang tidak berhasil.
Gerakan boikot juga dilakukan terhadap produk-produk PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR). Pada pekan lalu, pergerakan saham UNVR cenderung melemah. Pada penutupan sesi kedua Jumat (24/11/2023), saham UNVR berada di level 3.530 atau terkoreksi 0,28 persen setelah sempat dibuka menguat.
Manajemen PT Fast Food Tbk (FAST) juga mengakui imbauan boikot berpengaruh terhadap penjualan jaringan restoran miliknya, KFC. KFC menjadi salah satu merek yang masuk daftar boikot setelah memberikan dukungan kepada tentara Israel.
"Efek boikot terhadap produk kami mencakup penurunan penjualan dan transaksi bisnis kami," tulis manajemen FAST dalam laporan Hasil Public Expose Tahunan yang dirilis 28 November lalu.