REJOGJA.CO.ID, SURABAYA -- Pakar Universitas Airlangga (Unair) Listiyono Santoso menyoroti permasalahan utama yang tak kunjung bisa diselesai bertepatan dengan peringatan Hari Guru, 25 November 2023. Permasalahan yang dimaksud adalah tingkat kesejahteraan guru yang menurutnya masih di bawah kata sejahtera.
Terutama bagi guru honorer yang jumlahnya sangat banyak di negeri ini. Padahal, kata dia, ketika kesejahteraan guru belum bisa diwujudkan, upaya mencerdaskan kehidupan bangsa akan kurang maksimal.
"Guru honorer memiliki gaji yang jauh di bawah kata sejahtera. Hal itu menjadi persoalan. Karena ketika masalah kebutuhan sehari-hari saja belum terpenuhi, maka dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa akan kurang maksimal," kata Listiyono.
Wakil Dekan Fakultas Ilmu Budaya Unair itu mengatakan, upaya pemerintah dengan adanya sertifikat guru, belum bisa menyelesaikan permasalahan yang ada. Itu tak lain karena upaya tersebut belum merata. Menurutnya, permasalahan tersebut lahir karena sistem rekrutmen guru yang kurang optimal.
"Seharusnya pemerintah menjamin kesejahteraan semua guru bisa merata. Hal tersebut bisa dilakukan dengan cara memperbaiki semua sistem dari dasar," ujarnya.
Listiyono mengatakan, 'guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa' memang merupakan kalimat kiasan yang bermakna guru tidak bisa dibayar oleh apa pun. Namun demikian, lanjutnya, bukan berarti tidak ada penghargaan apa pun untuk guru.
Listiyono melanjutkan, kiasan tersebut muncul lantaran guru sudah siap mewakafkan hidupnya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Maka dari itu, aspek material tidak bisa digunakan untuk mengukur kinerja guru.
"Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa bukan berarti tidak ada penghargaan apa pun untuk guru. Tapi justru tidak ada penghargaan yang sepadan untuk membayar jasa guru," ucapnya.