Selasa 21 Nov 2023 08:19 WIB

Piala Dunia U17 Tunjukkan Pentingnya Pembinaan dan Kompetisi Usia Muda

Pembinaan sepak bola usia muda perlu dilakukan berjenjang.

Rep: Afrizal Rosikhul Ilmi/ Red: Yusuf Assidiq
Pemain Timnas Indonesia menghampiri suporter usai bertanding melawan Timnas Maroko pada babak penyisihan Piala Dunia U17 di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Jawa Timur.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Pemain Timnas Indonesia menghampiri suporter usai bertanding melawan Timnas Maroko pada babak penyisihan Piala Dunia U17 di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Jawa Timur.

REJOGJA.CO.ID, JAKARTA -- Penyelenggaraan Piala Dunia U17 2023 di Indonesia menjadi momentum penting bagi pengembangan sepak bola nasional. Meski gagal lolos ke babak 16 besar, penampilan Timnas Indonesia U17 asuhan Bima Sakti mendapat apresiasi dari berbagai pihak.

Salah satu yang patut diapresiasi adalah kemampuan Timnas U17 Indonesia untuk mengimbangi tim-tim kuat, seperti Ekuador dan Panama. Berbagai apresiasi juga diungkapkan dalam diskusi Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) yang mengangkat tema ‘Momentum Regenerasi Sepak Bola Indonesia’, Senin (20/11/2023).

Deputi Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Surono menyebut, pembinaan  Timnas U17 Indonesia sudah berjalan dengan baik. "Namun, kita perlu peningkatan kualitas pelatih dan kompetisi yang lebih kompetitif," katanya.

Ia memaparkan, pembinaan sepak bola usia muda perlu dilakukan berjenjang, mulai dari usia dini hingga usia remaja. Pembinaan di usia dini (U-10) berfokus pada pengembangan keterampilan dasar.

Sementara di usia remaja (U-12 sampai U-17) anak-anak mulai dilatih untuk fokus pada pengembangan taktik dan fisik. Pembinaan sepak bola usia muda di Indonesia juga perlu dilakukan secara komprehensif, tidak hanya fokus pada aspek teknis, tetapi juga aspek taktik, fisik, mental, dan psikologis.

"Tak hanya itu, pembinaan juga perlu dilakukan secara berkelanjutan, sehingga bibit-bibit unggul yang muncul bisa terus berkembang dan meningkatkan kemampuannya," ujar dia.

Dalam forum yang sama, pengamat olahraga Sapto Haryo Rajasa menyoroti pentingnya sinkronisasi pembinaan sepak bola dari usia dini. Hal ini perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas sepak bola Indonesia di masa depan.

Menurut pengalamannya saat meliput turnamen sepak bola usia 14 tahun di Bali. Ia melihat pemain-pemain muda Thailand memiliki keunggulan teknis yang signifikan dibandingkan pemain-pemain Indonesia.

"Saat itu saya tanya kepada pemain Thailand, mereka main di mana. Ternyata mereka sudah tergabung di klub-klub profesional sejak usia 12-13 tahun. Sementara pemain Indonesia masih bermain di SSB atau sekolah," ujar Sapto.

Perbedaan ini, menurutnya, disebabkan oleh perbedaan sistem pembinaan sepak bola di kedua negara. Thailand memiliki kompetisi sepak bola junior yang reguler dan berkelanjutan.

Sementara di Indonesia, kompetisi sepak bola junior masih bersifat turnamen yang digelar secara berkala.

"Kompetisi yang reguler dan berkelanjutan akan memberikan kesempatan kepada pemain-pemain muda untuk mengasah kemampuannya secara konsisten. Sementara turnamen hanya memberikan kesempatan bermain yang terbatas," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement