REJOGJA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang mantan eksekutif di cabang modal ventura Samsung Electronics yang mengusulkan agar penawaran perangkat lunak pengembang aplikasi seluler Branch Metrics diperluas di ponsel pintar Samsung menghadapi penolakan karena tekanan dari Google. Hal tersebut diungkapkan pada Kamis (5/10/2023) dalam uji coba antimonopoli terhadap Alphabet.
Patrick Chang yang bekerja di Samsung Next untuk berinvestasi di perusahaan-perusahaan inovatif, telah mendesak perusahaan induk (005930.KS) untuk memperluas penawaran Branch yang dapat melakukan pencarian di dalam aplikasi ke ponsel pintar Android-nya.
Pendiri Branch Metrics dan mantan CEO Alexander Austin bersaksi pada akhir September bahwa perusahaannya menghilangkan beberapa fungsi perangkat lunaknya untuk menangkis keluhan Google ketika berupaya membuat kesepakatan dengan operator nirkabel dan pembuat ponsel pintar.
"Branch harus memastikan bahwa pencariannya tetap berada dalam aplikasi dan tidak pernah terhubung ke web," kata Austin, dilansir Reuters, Jumat (6/10/2023).
Chang bersaksi bahwa Samsung juga menghadapi penolakan dari perusahaan nirkabel, seperti AT&T yang menjual ponsel Android. Google dituduh membayar 10 miliar dolar AS miliar per tahun berdasarkan perjanjian bagi hasil kepada pembuat ponsel pintar seperti Samsung Electronics, operator nirkabel, dan lainnya yang setuju untuk menjadikan perangkat lunaknya sebagai perangkat lunak default dan mempertahankan monopolinya dalam pencarian.
Departemen Kehakiman menunjukkan email pada bulan Agustus 2020 oleh eksekutif Samsung David Eun yang mengeluh bahwa Google jelas-jelas membeli cara untuk membungkam pesaing. Berdasarkan pemeriksaan silang oleh pengacara Google, Chang ditanya tentang kemungkinan penjelasan lain atas ketidaktertarikan Samsung pada Branch, yaitu perangkat lunaknya kikuk dan hanya sedikit pengguna yang mengklik link yang ditawarkan Branch.
Chang memberikan kesaksian pada pekan keempat dari persidangan selama lebih dari dua bulan saat Departemen Kehakiman AS berusaha menunjukkan bahwa Google menyalahgunakan monopoli pencarian dan beberapa iklan pencarian. Di sisi lain, Google mengatakan bahwa praktik bisnisnya legal.