REJOGJA.CO.ID, TRENGGALEK -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, mengimbau seluruh jaringan pemerintah desa di wilayah itu siaga potensi bencana kekeringan terus meluas. Kondisi itu seiring krisis air yang meningkat dialami warga.
"Kami berharap semua pemerintah desa untuk terus melakukan pengawasan terhadap potensi di wilayahnya masing-masing," kata Kepala Pelaksana BPBD Trenggalek Triadi Atmono di Trenggalek, Selasa (26/8/2023).
Ia mengatakan potensi kekeringan akan terus meluas, seiring dampak kekeringan meteorologi kategori awas yang diperkirakan berlangsung hingga Oktober 2023.
"Segera laporkan ke kami (BPBD Trenggalek--Red) apabila mulai terjadi krisis air. Supaya skenario bantuan air bersih bisa langsung disiapkan dan didistribusikan untuk mencegah dampaknya," ujarnya.
Saat ini, jumlah desa terdampak kekeringan tercatat sembilan desa di enam kecamatan. Sebanyak sembilan desa yang mengalami kekeringan itu, Desa Besuki, Ngrencak, dan Banjar di Kecamatan Panggul, Desa Suruh dan Desa Mlinjon di Kecamatan Suruh.
Kemudian, Desa Tanggaran di Kecamatan Pule, Desa Jatiperahu di Kecamatan Karangan. Selain itu Desa Cakul di Kecamatan Dongko dan Desa Ngulungkulon di Kecamatan Munjungan.
Dengan jumlah itu, menurut Triadi, kekeringan di Trenggalek mengalami perluasan lima kecamatan dari satu kecamatan yang terdampak sebelumnya, yaitu tiga desa di Kecamatan Panggul.
Guna menanggulangi kekeringan itu, pihaknya berkolaborasi bersama pihak lainnya untuk menyuplai air bersih. "Sehingga secara otomatis, jumlah pasokan air juga ditambah seiring jumlah wilayah terdampak kekeringan yang semakin meluas," katanya.