Ahad 24 Sep 2023 04:16 WIB

Okupansi Hotel Turun Sepanjang Agustus-September 2023, PHRI DIY Ungkap Sebabnya

Demikian pula untuk tingkat reservasi juga masih kecil.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Yusuf Assidiq
Deretan hotel di kawasan Malioboro, Yogyakarta, Senin (6/4)
Foto: Wihdan Hidayat/ Republika
Deretan hotel di kawasan Malioboro, Yogyakarta, Senin (6/4)

REJOGJA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Perhimpunan Hotel dan Resto Indonesia (PHRI) DIY menyebut bahwa tingkat hunian (okupansi) dan reservasi hotel di DIY turun. Meski saat ini merupakan masa meningkatnya kunjungan untuk wisatawan mancanegara ke DIY, yakni dari periode Agustus hingga November 2023.

Ketua DPD PHRI DIY, Deddy Pranowo Eryono mengatakan, saat ini hotel di DIY lebih banyak diisi wisatawan mancanegara dibandingkan dengan wisatawan domestik. Meski begitu, angkanya juga tidak terlalu besar.

"Yang menjadi pangsa pasar saat ini wisatawan asing, itu memberikan tingkat hunian yang lebih karena sedang masa libur (di luar negeri). Kalau wisatawan domestik (tidak banyak memberikan sumbangan ke tingkat hunian hotel karena) belum masa liburan," kata Deddy kepada Republika.

Ia menjelaskan, tingkat hunian hotel di DIY pada Juni dan Juli 2023 mencapai 80-90 persen. Namun, angka ini terus turun menjadi 60 persen pada Agustus. "September turun lagi jadi sekitar 50,8 persen," ujarnya.

Sementara, untuk tingkat reservasi juga masih kecil. Pihaknya mencatat bahwa reservasi hotel pada Oktober 2023 nanti baru 25 persen dari wisatawan mancanegara.

"November kita belum dapat datanya (reservasinya berapa) karena biasanya wisatawan mancanegara itu go show atau reservasi mendadak," ungkap Deddy.

Hingga saat ini belum terlihat adanya kenaikan okupansi maupun reservasi hotel di DIY. Meski pada Senin (18/9/2023) lalu Sumbu Filosofi Yogyakarta baru saja ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia.

Penetapan Sumbu Filosofi Yogyakarta menjadi warisan budaya dunia ini dinilai dapat memperkuat citra DIY sebagai destinasi wisata, khususnya di mata global. Hal ini tentu juga dapat berdampak kepada peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara ke DIY.

Meski demikian, Deddy menyebut penetapan ini bisa saja tidak memberikan pengaruh kepada peningkatan kunjungan wisatawan jika DIY tidak berbenah. Pasalnya, saat ini ada beberapa tantangan dan masalah yang masih harus dibenahi DIY agar penetapan Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai warisan budaya dunia berdampak signifikan pada sektor pariwisata.

Menurut Deddy, persoalan sampah di DIY menjadi hal yang harus diselesaikan. Persoalan ini, katanya, tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, namun juga seluruh masyarakat, termasuk pelaku pariwisata.

"Sekarang itu wisatawan mancanegara jalan-jalan di Yogya, mereka merasa tidak nyaman dengan sampah yang ada di pinggir-pinggir jalan, akhirnya mengalihkan ke destinasi lain. Mereka yang seharusnya dua hari (di DIY) menjadi satu hari, ini jadi tantangan bagi kita," jelasnya.

Selain itu, belum banyaknya penerbangan langsung internasional dari dan menuju DIY juga menjadi tantangan untuk meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara. Padahal, katanya, DIY memiliki Yogyakarta International Airport (YIA) yang sudah memenuhi syarat untuk diperbanyaknya penerbangan langsung internasional.

"Direct flight langsung dari luar negeri sementara ini baru ada Malaysia, Singapura, belum ada dari Eropa, Australia. Padahal bandara kita sudah memenuhi syarat untuk (menambah penerbangan langsung internasional) itu, tinggal kita berupaya ke pemerintah pusat. Ini yang harus dibenahi," kata Deddy.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement