REJOGJA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kurangnya asupan gizi, yang ditandai dengan tinggi badan anak berada di bawah standar kurva pertumbuhan usianya. Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengumumkan prevalensi stunting di Indonesia turun dari 24,4 persen di tahun 2021 menjadi 21,6 persen pada 2022. Namun, tingginya angka stunting ini masih menjadi permasalahan serius bagi pemerintah setiap tahunnya, tak terkecuali di Desa Sugian, Kecamatan Sambelia, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.
Berdasarkan hasil pengamatan mahasiswa KKN PPM bekerja sama dengan Pemerintah Desa Sugian dan Dinas Kesehatan Lombok Timur, ditemukan sebanyak 31 anak Desa Sugian, Kecamatan. Data stunting di Desa Sugian pada bulan Juli 2023 menunjukkan bahwa terdapat 31 anak yang dinyatakan berada dalam kondisi stunting, dengan rincian umur 6-12 bulan sejumlah tiga bayi dan umur lebih dari satu tahun sejumlah 28 balita.
“Kasus stunting masih ditemukan di Desa Sugian karena kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan dan asupan gizi pada calon ibu serta 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) anak sejak dalam kandungan hingga usia dua tahun,” kata anggota tim mahasiswa KKN PPM UGM unit Sambelia, Wimala Hardyawati Putri Apsari, dalam keterangan tertulisnya kepada wartawan, Jumat (25/8/2023).
Penyebab lain munculnya kasus stunting di Desa Sugian ini menurut mahasiswa KKN dari Fakultas Farmasi UGM ini adalah kurangnya fasilitas sanitasi, minimnya edukasi gizi dan pola asuh, serta minimnya perencanaan pernikahan dan ekonomi yang berperan dalam pencegahan dan penanganan stunting masih minim diterapkan.
Melihat kondisi tersebut, kata Apsari, tim KKN-PPM UGM memberikan motivasi dan bekal ilmu kepada para ibu dalam penanggulangan dan pencegahan stunting. Melalui kegiatan edukasi yang mengangkat tema “Bangkit dari stunting: Motivasi serta strategi penanganannya”, para mahasiswa melakukan pendataan kondisi anak dengan status stunting.
Pada kegiatan edukasi, pihaknya menyampaikan program rencana menu makan harian yang telah disusun oleh tim KKN-PPM UGM dam Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berisi produk pangan lokal yang sudah disiapkan oleh pihak desa. “Pada PMT tersebut pemerintah Desa Sugian memberikan abon ikan tuna produksi Poklahsar Keluarga Bahari, kacang mete Sugian produksi KWT Bangkit Bersama, serta produk susu dan suplemen yang padat gizi,” ujarnya.
Mahasiswa Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian, FTP UGM, Hanifah Widyastuti, anggota mahasiswa KKN UGM lainnya, menuturkan pihaknya juga membagikan Buku Perencanaan Pemberian Makanan Harian Anak Usia 6-23 Bulan serta menyampaikan beberapa contoh menu utama dan menu selingan untuk setiap kelompok usia anak dengan bahan baku lokal di sekitar Sambelia. “Kita juga memberikan kiat-kiat menghadapi anak sulit makan dan penjelasan terkait makanan pendamping ASI dalam bentuk buku cetak dan digital yang dapat diakses oleh seluruh masyarakat,” jelasnya.
Selama kegiatan penyuluhan dan edukasi yang bertajuk Sambelia Perangi Stunting, kata Hanifah, masyarakat tampak antusias untuk datang dan aktif bertanya harapannya dapat menjadi salah satu langkah membantu pemerintah untuk mengurangi kondisi stunting dan meningkatkan kesadaran serta motivasi orang tua untuk selalu melengkapi kebutuhan gizi anak.
Kepala Seksi Gizi Dinas Kesehatan Lombok Timur, yang juga alumni UGM Wahyuni Kunayati mengatakan sumber pangan lokal di sekitar Sambelia dapat membantu para ibu untuk memberikan makanan pendamping ASI yang mudah diolah, tetapi tetap padat gizi. “Selain itu perlu inisiasi menyusui dini dan pemberian ASI eksklusif menjadi salah satu cara yang perlu dilakukan untuk bangkit dari stunting,” paparnya.