REJOGJA.CO.ID, GUNUNGKIDUL - Sebanyak 14 Kapanewon dari 18 kapanewon di Kabupaten Gunungkidul mengalami kekeringan. Meski demikian, kekeringan tersebut tidak berdampak pada hasil pertanian.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Kabupaten Gunungkidul Rismiyadi menjelaskan, saat ini sebanyak 617 hektare sawah dan 1200 hektare lahan kedelai sedang bersiap untuk memanen.
"Justru pada saat musim kering ini kita sedang bersiap untuk panen padi, 617 hektare padi, dan 1200 hektare kedelai yang sebentar lagi akan kita panen. Gunungkidul juga baru selesai panen ubi kayu," jelas Rismiyadi kepada Republika, Senin (21/8/23).
Ia menjelaskan, siaga darurat kekeringan di Gunungkidul merupakan siaga kurangnya air bersih untuk dikonsumsi, bukan untuk lahan pertanian. Sedangkan untuk pertanian, selama musim kemarau ini, irigasi di wilayah pertanian masih terpantau lancar.
Selain itu, puncak kekeringan yang disebut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terjadi pada Agustus dan September minim dampak ke lahan pertanian Gunungkidul karena pada periode ini sudah banyak tanaman pertanian yang dipanen.
"Puncak kemarau Agustus dan September tapi di daerah selatan sudah sudah selesai panen ubi kayu, jadi tidak ada masalah. Lahannya sementara nganggur karena belum saatnya musim tanam lagi," tuturnya.
Ia menuturkan, pertanian di Gunungkidul menggunakan lahan tadah hujan, sehingga selama musim kemarau hanya separuh dari total lahan sawah atau 20ribu hektar yang ditanami padi. Sementara pada musim hujan, yakni pada November mendatang, lahan sawah yang ditanam mencapai 40 ribu hektare.
"Padi sudah panen, tidak ada masalah dan hasilnya bagus, kemudian ada ubi kayu, kacang tanah juga sudah panen. November nanti akan tanam padi lagi," imbuhnya.
Sementara itu, stok beras di Gunungkidul juga dipastikan cukup, bahkan surplus. Ini karena masyarakat setempat, khususnya yang bertani, menyimpan gabah kering secara mandiri. Dengan demikian, ketahanan pangan di Gunungkidul kuat selama musim kemarau.
"Biasanya panen padi disimpan, mereka berani menjual kalau mau panen lagi, hasilnya bagus lalu dijual. Kalau mau menjual itu sedikit-sedikit, kalau misalnya orang punya hajatan atau anaknya butuh SPP, tapi biasanya jarang dijual," ungkapnya.