REJOGJA.CO.ID, SURABAYA -- Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) mengantisipasi bencana kekeringan akibat El Nino, yaitu fenomena pemanasan suhu muka laut di atas kondisi normal yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menjelaskan wilayah Indonesia tahun ini menghadapi pasca La Nina basah. Selanjutnya dimungkinkan terjadi El Nino kering dengan intensitas rendah sehingga harus diwaspadai dampaknya.
“Potensi El Nino yang akan melanda Indonesia perlu kita waspadai bersama. Selain memicu kekeringan, minimnya curah hujan yang terjadi juga akan meningkatkan jumlah titik api, sehingga rawan terjadi kebakaran hutan dan lahan,” katanya di Surabaya, Kamis (27/4/2023).
Pengalaman dampak El Nino pada 2015 di antaranya mengguncang sektor ekonomi karena mengakibatkan kekeringan tanaman padi seluas 597 ribu hektare di wilayah Indonesia. Khofifah berharap dampak El Nino ke depan dapat diantisipasi bersama-sama secara komprehensif.
Salah satunya dengan membentuk desa tangguh. Terdapat sebanyak 7.724 desa yang tersebar di 38 kabupaten/kota wilayah Jatim. Gubernur menekankan pentingnya gotong royong seluruh elemen strategis dalam mewujudkan desa tangguh untuk menekan risiko bencana.
"Ketangguhan itu akan membentuk resiliensi. Tentu perlu sosialisasi, edukasi dan pelatihan secara masif berkaitan dengan kesiapsiagaan bencana," ujarnya.
Sementara itu, setiap 26 April diperingati Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional dengan tema Tingkatkan Ketangguhan Desa, Kurangi Risiko Bencana. Selaras dengan tema tersebut, Khofifah mengungkapkan ketangguhan berkaitan kesiapsiagaan menghadapi bencana perlu dibangun dari lini yang paling bawah.
"Seluruh elemen masyarakat hingga lini terbawah semua harus siap untuk mewujudkan bangsa yang tangguh bencana. Tentu sosialisasi, edukasi dan pelatihan tidak cukup disampaikan sekali lalu selesai. Ini adalah bekal bagi kita semua untuk mengantisipasi jika terjadi bencana," katanya.
Untuk itu Khofifah menginstruksikan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di masing-masing kabupaten/kota wilayah Jatim agar memberikan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat di titik-titik yang berpotensi rawan bencana.
Kegiatan sosialisasi, edukasi, dan pelatihan harus dilakukan sesering mungkin, terlebih Jatim merupakan wilayah ring of fire. "Kalau kegiatan ini rutin, ketika bencana datang kita akan lebih siap dan sigap dalam bertindak," ujarnya.
Lebih lanjut Khofifah berharap budaya tangguh bencana tertanam di masyarakat. "Ini akan berdampak pada pengurangan risiko bencana. Sehingga mewujudkan budaya tangguh bencana di masyarakat menjadi penting," tegas dia.