Ahad 06 Aug 2023 13:36 WIB

UB Kukuhkan Dua Profesor Baru Bidang Peternakan dan Kedokteran Gigi Anak

Pengukuhan secara resmi dilakukan di Gedung Samantha Krida UB.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Yusuf Assidiq
Universitas Brawijaya (UB) mengukuhkan dua profesor baru di bidang peternakan dan kedokteran gigi anak.
Foto: Republika/Wilda Fizriyani 
Universitas Brawijaya (UB) mengukuhkan dua profesor baru di bidang peternakan dan kedokteran gigi anak.

REJOGJA.CO.ID, MALANG -- Universitas Brawijaya (UB) mengukuhkan dua profesor baru bidang ilmu nutrisi ternak ayam dan petelur serta kedokteran gigi anak. Keduanya melaksanakan giat pengukuhan secara resmi pada Sabtu (5/8/2023) di Gedung Samantha Krida, UB, Kota Malang.

Adapun kedua profesor yang dikukuhkan antara lain Osfar Sjofjan dari Fakultas Peternakan (Fapet) dan Muhamad Chair Effendi dari Fakultas Kedokteran Gigi (FKG). Osfar merupakan profesor aktif ke-16 di Fapet, profesor aktif ke-173 di UB, serta profesor ke-326 dari seluruh profesor yang telah dihasilkan UB.

Sementara itu, Chair merupakan profesor NIDK pertama di FKG dan profesor ke-327 dari seluruh profesor yang dihasilkan UB. Dalam pengukuhannya sebagai profesor, Osfar akan membicarakan penelitian tentang bioteknologi probiotik tepung sebagai aditif Pakan dalam meningkatkan produksi ayam petelur.

Penelitian ini dilatarbelakangi karena penggunaan antibiotik sebagai aditif pakan sudah dilarang di dunia termasuk di Indonesia. "Salah satu pengganti antibiotik adalah probiotik," kata Osfar.

Probiotik diketahui sebagai pakan tambahan yang berfungsi untuk mengatur keseimbangan mikroba dalam saluran pencernaan ternak. Kemudian juga berfungsi untuk meningkatkan efisiensi pakan dan produksi telur.

Bahkan, juga mampu menurunkan kadar kolesterol telur dan kolesterol serum. Selain itu, probiotik juga mampu menghambat produksi amonia. Sebab itu, probiotik dapat menguntungkan bagi kesehatan ternak dan meningkatkan pertumbuhan.

Saat ini, kata dia, probiotik sebagai aditif pakan ayam petelur yang beredar lebih banyak dalam bentuk cair. Padahal, probiotik cair memiliki banyak kelemahan dan kerugian. Di antaranya mudah rusak, mudah terkontaminasi, sulit dalam kemasan, sulit dalam transportasi, mudah terfermentasi, sulit mencampur dalam pakan, serta dapat menimbulkan jamur dalam pakan.

Merujuk hal tersebut, ia menilai, bioteknologi probiotik bentuk tepung dengan proses kombinasi dengan enkapsulasi menghasilkan probiotik yang lebih efektif, efisien serta berkesinambungan sebagai aditif pakan ayam petelur. Bahkan, bisa menjadi agen kemoterapi untuk pemacu pertumbuhan, meningkatkan produktivitas, kualitas produksi telur, dan meningkatkan kesehatan ternak ayam petelur.

Kemudian juga dapat menjadikan peternakan ramah lingkungan dengan berkurangnya polusi bau dan lalat. Ia meyakini probiotik tidak menghasilkan dan menimbulkan efek negatif. "Serta tidak menyebarkan resistensi mikroba, menawarkan potensi besar untuk menjadi alternatif antibiotik," ujarnya.

Berbeda dengan Osfar, Chair menyampaikan penelitiannya tentang biokomposit nanopartikel zinc oxide/Propolis (nZno/Propolis) sebagai liner untuk perlindungan pulpa gigi anak. Penelitian ini dapat muncul karena diketahui salah satu penyakit gigi yang paling sering dialami anak adalah karies. "Ini termasuk sebagai masalah kesehatan gigi paling umum menurut Global Burden of Disease (2019)," kata dia.

Menurut dia, karies gigi pada anak tidak hanya berdampak buruk pada kesehatan oral, tetapi juga dapat membawa implikasi serius pada aspek kesehatan yang lebih kompleks. Satu di antaranya stunting atau gangguan pertumbuhan kronis pada anak.

Pada saat yang bersamaan, stunting dapat menurunkan sekresi saliva. Kemudian dapat meningkatkan risiko karies dan menunda erupsi gigi permanen.

Adapun pada kasus karies dentin dalam, kata dia, penggunaan liner termasuk solusi terbaik untuk melindungi pulpa gigi dari infeksi bakteri. Beberapa macam liner yang banyak diaplikasikan di bidang kedokteran gigi anak ialah Calcium hydroxide, Mineral trioxide Aggregate, resin-modified glass ionomers, dan ZnO eugenol.

Dari material-material tersebut, ZnO eugenol dipandang sebagai liner yang paling unggul, akan tetapi sifat sitotoksik material ini menjadi masalah yang krusial.

Selain itu, pengisian ZnO eugenol yang berlebihan dapat mengurangi keberhasilan perawatan gigi. Oleh sebab itu, perlu inovasi untuk menemukan material baru yang lebih baik dalam mengatasi kegagalan perawatan pada pulpa gigi anak.

Untuk meningkatkan kemampuan antibakteri, nZnO dapat menambahkan bahan antibakteri lain dari bahan alami, yaitu propolis.

Ia menilai biokomposit nZnO/propolis merupakan campuran nanopartikel ZnO dengan bahan alam propolis, sangat potensial sebagai liner untuk bahan pelindung pulpa pada gigi anak. Hal ini khususnya dalam menghambat dan membunuh bakteri Streptococcus mutans.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement