REJOGJA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kejaksaan Tinggi (Kejati) DIY bekerja sama dengan Pusat Pelaporan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) untuk menelusuri harta kekayaan Kepala Dinas Pertanahan dan Tata Ruang (Kadispertaru) DIY, Krido Suprayitno. Namun, Kejati DIY saat ini masih menunggu hasil dari penelusuran kekayaan tersebut.
Penelusuran harta kekayaan ini dilakukan dalam rangka mengetahui gratifikasi yang diterima Krido terkait dengan kasus mafia tanah kas desa (TKD). Krido sudah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus penyalahgunaan TKD di Kelurahan Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, DIY yang melibatkan PT Deztama Putri Sentosa.
"(Hasilnya) Belum keluar," kata Asisten Tindak Pidana Khusus Kejati DIY, Muhammad Anshar Wahyuddin kepada Republika, Kamis (20/7/2023).
Pelibatan PPATK ini juga dikarenakan gratifikasi yang diterima Krido diduga lebih besar. "Tidak dapat dipastikan (kapan hasil pemeriksaan PPATK selesai)," ucap Anshar.
Dari kasus penyalahgunaan TKD di Caturtunggal, Krido diketahui sudah menerima gratifikasi berupa dua bidang tanah yang berlokasi di Kelurahan Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, DIY. Dua bidang tanah tersebut masing-masingnya seluas 600 meter persegi dan 800 meter persegi, dengan total harga lebih dari Rp 4,5 miliar.
Krido juga menerima gratifikasi berupa uang, baik secara tunai maupun transfer bank sekitar Rp 211 juta. Dengan begitu, total gratifikasi yang saat ini ditemukan lebih dari Rp 4,7 miliar.
Kepala Kejati DIY, Ponco Hartanto mengatakan, gratifikasi yang diterima Krido dimungkinkan lebih besar dari yang angka tersebut. Pihaknya juga masih terus melakukan penelusuran dan pengembangan untuk mengetahui besaran gratifikasi yang diterima Krido, dan bekerja sama dengan PPATK.
"Jadi sementara yang diterima oleh tersangka KS (Krido Supriyatno) gratifikasi sebesar Rp 4,7 miliar. Sementara ini baru itu, nanti tergantung kita peroleh dari pengembangan tim penyidik, nilai itu bisa lebih lagi daripada nilai yang saya umumkan hari ini," kata Ponco.
Bahkan, Krido juga diduga terlibat dalam penyalahgunaan TKD di kawasan lainnya di DIY yang melibatkan Dirut PT Deztama Putri Sentosa, Robinson Saalino. Pasalnya, dari pemeriksaan yang sudah dilakukan, juga ditemukan adanya komunikasi aktif antara Krido dengan Robinson.
Pembicaraan tersebut membahas urusan TKD yang tidak di Kelurahan Caturtunggal, namun juga di wilayah lainnya di DIY. Saat ini, Robinson juga sudah berstatus sebagai terdakwa. "Kita masih melakukan penyelidikan lagi (keterlibatan) di kelurahan-kelurahan yang lain," ungkap Ponco.