REJOGJA.CO.ID, YOGYAKARTA - Dari bermodal nekat, Deddy Effendi kini memiliki omzet Rp 1,5 miliar per bulan dari penjualan aneka produk dekorasi rumah seperti cermin, lampu, guci, dan aksesoris rumah lainnya.
Pemilik Palem Craft ini memanfaatkan barang-barang yang jarang dilirik seperti serat batang pisang, rumput rayung, bambu, ranting kayu, biji mahoni, hingga kulit kerang. Di tangan Deddy, bahan-bahan tersebut didesain eksklusif, dengan kualitas premium dan ramah lingkungan, sehingga menjadi produk yang laris dipasaran.
Produk Palem Craft dibanderol dengan harga mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah sesuai tingkat kerumitan produk. "Sebelumnya, kami memiliki toko Batik Jogja Kembali yang berada di Jalan KH Ahmad Dahlan Yogyakarta. Namun saya berpikir bagaimana toko yang sudah jadi ada kelengkapan seperti kerajinan yang masuk di segmen pasar. Kami buka untuk pemasaran lokal namun gencar di ekspor," ujarnya.
Dari situlah ide-ide terus muncul, dan uniknya semua produk langsung didesain oleh Deddi sendiri sehingga bisa disebut produk original hasil karyanya "Dari situ kami mencoba mempelajari karakter menjalankan bisnis dan permintaan luar biasa," jelas dia.
Bisnis ini sudah dijalankan semenjak 2003 dan hampir 90 persen pasar Palem Craft berada di pasar ekspor. Produknya kini sudah diekspor di berbagai belahan Eropa seperti Spanyol, Prancis, Belanda, Belgia, bahkan juga merambah ke Amerika Serikat, Korea, dan Yunani.
"Pasar terbesar kita ekspor bisa mencapai lima kontainer per bulan yang tersebar di Eropa, Amerika, Korea, dan yang terakhir di Yunani. Untuk Indonesia sendiri kami secara rutin kirim ke hotel dan resort yang ada di Bali," ujar Deddy.
Menurut dia, banyaknya konsumen internasional yang membeli produknya karena mereka merasa produk Pakem Craft memiliki keunikan dan memenuhi green product atau pembuatan secara alami tidak menggunakan bahan kimia.
Dalam proses pembuatannya Deddy menggunakan teknik press, di mana cara pembuatannya yang khusus melalui uji bahan yang khusus dengan memilih pelepah pisang yang kuat, sehingga saat di-press tidak gampang putus seratnya.
Lalu setelah di-press, serat pelepah pisang bisa digunakan berbagai macam anyaman, di antaranya dijadikan kepang lalu dibuat melingkar sebagai hiasan cermin lampu hias. Selanjutnya setelah dianyam lalu proses perekatan dan pemotongan agar produk yang dihasilkan rapi dan estetik.
Jika sudah melalui itu semua, maka cermin atau lampu diberikan cat alami khusus dari Palem Craft dan finishing produk diberikan sentuhan air/dicuci agar bersih dan terakhir dikeringkan.
"Kami menggunakan bahan baku utama serat dari pelepah pisang dan limbahnya tidak mengganggu tidak dipakai pun bisa rusak sendiri. Untuk finishing campuran air tidak membahayakan lingkungan pastinya," jelasnya.
Bahan baku yang digunakan tidak banyak ditemui di Kota Yogyakarta, sehingga Deddy bekerja sama dengan para petani di seluruh Indonesia untuk memenuhi bahan baku yang diperlukan.
"Kami bekerja sama dengan petani di seluruh Indonesia untuk stok bahan baku yang digunakan. Selain itu, kita menggunakan biji mahoni. Jika dipotong motif batiknya luar biasa," katanya.
Tak hanya itu, Deddy juga memanfaatkan kulit kerang yang dijadikan lampu hias yang menambah keunikan produknya. Kini, Deddy memiliki 70 karyawan di workshop dan 1,000 karyawan lepas yang berada di Kota Yogyakarta, Bantul, dan Kulonprogo.
"Tenaga pekerja kami, yang ada di workshop juga diajarkan untuk mereka menjadi entrepreneur. Jadi mereka membuka lapangan kerja di tetangganya dari 50 orang bisa memiliki pegawai 2-5 orang di rumah," ujarnya.
Ia berharap, banyaknya wisatawan yang datang ke Yogyakarta menjadikan peluang para pelaku industri untuk menciptakan suatu produk yang disukai para wisatawan. Selain itu, Deddy juga berharap untuk terus melakukan inovasi agar produk buatannya tidak tertinggal zaman.