REJOGJA.CO.ID, UNGARAN -- Sejumlah petani di wilayah rawan kekeringan di Kabupaten Semarang telah melaksanakan masa tanam lebih awal guna mengantisipasi dampak fenomena El Nino pada musim kemarau tahun 2023 ini.
Hal ini dilakukan untuk menjaga produktivitas hasil pertanian sekaligus untuk menghindari kerugian yang lebih besar akibat puso setelah musim kemarau kali ini diprediksi bakal berlangsung lebih panjang.
Kepala Dinas Pertanian Perikanan dan pangan (Dispertanikap) Kabupaten Semarang Moh Edy Sukarno mengungkapkan, instruksi ini telah disampaikan kepada para petani di sejumlah wilayah kecamatan rawan kekeringan. Seperti di Kecamatan Bancak, Bringin, dan Kecamatan Susukan.
Para petani di wilayah ini telah melaksanakan tanam lebih cepat dengan mengoptimalkan ketersediaan air yang masih bisa dimanfaatkan untuk pertanian, yang ada di lingkungannya masing-masing.
"Petani yang sudah selesai panen musim tanam pertama, kami minta untuk langsung mengolah tanah dan melakukan penanaman lebih cepat, dengan memanfaatkan air sisa musim hujan kemarin," katanya, di Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Senin (19/6/2023).
Untuk penanaman tersebut, kata Edy, disarankan untuk menanam benih padi berumur genjah. Jadi, kalau padi biasanya panen di umur 140 hari, benih genjah ini memungkinkan untuk dipanen pada umur tanam 90 hari sudah panen.
Tujuannya jangan sampai lahan pertanian petani mengalami kekurangan air sebelum masa panen tanaman padnya tiba hingga petani mengalami kerugian dari biaya produksi yang sudah dikeluarkan.
Dengan menanam lebih awal harapannya petani sudah akan bisa panen pada saat dampak El Nino sudah mulai terasa. "Sehingga beberapa petani di wilayah tersebut saat ini tinggal menunggu saat panen," katanya.
Masih dalam upaya mengantisipasi dampak El Nino, Edy melanjutkan, Dispertanikap telah mengeluarkan surat edaran kepada masing-masing kelompok tani untuk mengoptimalkan berbagai bantuan sarana pendukung produkstivitas pertanian dari pemerintah.
Baik itu sumur dangkal maupun sumur dalam agar dimaksimalkan dalam menopang ketersediaan air bagi pertanian, termasuk melakukan perbaikan-perbaikan infrastruktur irigasi tersier atau saluran irigasi yang langsung mengakses ke lahan pertanian petani.
Para petani di tingkat gapoktan maupun Perkumpulan Petani Pengguna Air (P3A) juga diminta untuk rajin mengontrol saluran-saluran irigasi tersier tersebut dan memastikan kerusakan yang dapat mempengaruhi debit air irigasi telah tertangani dengan baik.
Sehingga air kebutuhan irigasi dapat terpenuhi dan tidak hilang sebelum sampai di lahan sawah para petani. Jadi, ketika air masih ada, tetap bisa mengalir langsung ke sawah-sawah petani dengan lancar.
"Tetapi, kalau kerusakan irigasi tersier tersebut tidak segera diperbaiki, nanti terjadi kebocoran di jalan dan air yang mengalir tidak akan sampai di sawah-sawah milik para petani," katanya, didampingi Kabid Pertanian, Dispertanikap Kabupaten Semarang, Eko Arianto.