REJOGJA.CO.ID, SEMARANG -- Kelurahan Jabungan meski berada di wilayah Kecamatan Banyumanik atau kecamatan paling selatan yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten Semarang sebenarnya tidak terlalu jauh dari pusat Kota Semarang.
Jarak wilayah kelurahan ini ke pusat pemerintahan Kota Semarang hanya sekitar 12 kilometer dan ke kantor Kecamatan Banyumanik 5,2 kilometer. Hanya letak geografisnya saja yang memang khas, yakni berupa lembah yang dikelilingi perbukitan.
Dengan kondisi ini, instalasi PDAM tidak menjangkau permukiman warga di lingkungan Jabungan. Sehingga untuk kebutuhan air bersih, 4.382 jiwa (1.142 kepala keluarga) warga di kelurahan ini hanya mengandalkan dari sumur dalam (artetis) dan sumber air yang ada di perbukitan sekitar.
Namun untuk air sumur artetis yang ada di lingkungan Kelurahan Jabungan ini memang kualitasnya kurang bagus dan tidak dapat dimanfaatkan oleh warga untuk kebutuhan memasak atau air minum.
Walaupun kapasitas airnya sebenarnya berlebih, tetapi air dari sumur artetis tidak dapat dikonsumsi. “Jadi warga yang mampu bisa membeli air mineral galon, untuk warga yang kurang mampu hanya mengandalkan dari sumber-sumber mata air,” ungkap Lurah Jabungan, Sarwono.
Ia menjelaskan, ada beberapa sumber mata air yang dimanfaatkan warga untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Antara lain sumber mata air di Gunung Tugel yang berbatasan dengan Kelurahan Gedawang dan sumber air Kuwung di Kelurahan Kramas.
Jaringan PDAM tidak masuk wilayah Jabungan. Karena jaringan PDAM Kota Semarang hanya sampai di kawasan Mulawarman atau wilayah Kelurahan Kranmas, yang secara geografis letaknya lebih tinggi dibandingkan wilayah Kelurahan Kranmas.
Pemerintah kelurahan, masih kata Sarwono, sebenarnya sudah membuat surat kepada Pemkot Semarang agar jaringan PDAM bisa menjangkau wilayah kelurahannya. “Tetapi ternyata sampai sekarang belum terealisasi,” ungkapnya.
Jinah (52) salah satu warga di lingkungan RT 02/ W 03 Kelurahan Jabungan menambahkan, air dari sumur artetis hanya bisa dimanfaatkan untuk mencuci pakaian, mencuci perabotan dapur, dan mandi.
Sehingga kebutuhan air bersih untuk dikonsumsi hanya mengandalkan dari air yang disalurkan ke lingkungannya dari sumber mata air daari Gunung Tugel dan pada awal musim kemarau ini debitnya sudah menurun drastis.
Karena warga yang mengambil air juga banyak, makanya setiap mengambil air dari Gunung Tugel ini antriannya banyak. “Sekali mengambil air antrinya bisa mencapai 2 – 2,5 jam,” jelasnya.
Ia juga berharap, di lingkungannya bisa dijangkau oleh instalasi PDAM dan nantinya ada satu tendon yang bisa dimanfaatkan oleh warga yang tidak mampu memasang jaringan air bersih PDAM.
“Sehingga persoalan akses air bersih di lingkungan RT 02 dan RT 03/ RW 03 Kelurahan Jabungan ini dapat ditangani dan warga tidak kesulitan lagi setiap musim kemarau,” ujar dia.