REJOGJA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pemerintah Kota Yogyakarta bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) menyiapkan strategi pengendalian inflasi daerah. Utamanya dalam mengantisipasi kenaikan harga bahan pokok menjelang Ramadhan.
"Menjelang Ramadhan itu persoalan-persoalan bahan pokok akan tinggi, maka mari kita coba antisipasi dari awal. Kita harus siapkan strategi yang agar inflasi bisa kita kendalikan dengan baik," kata Sumadi dalam High Level Meeting (HLM) TPID Kota Yogyakarta di Balai Kota Yogyakarta, Rabu (8/3/2023).
Kenaikan harga bahan pokok menjadi siklus tahunan menjelang Ramadhan maupun Hari Raya Idul Fitri. Dengan begitu, antisipasi terhadap kenaikan harga bahan pokok ini perlu dilakukan agar inflasi juga tidak semakin naik.
"Perlu memperkuat kerja sama lintas sektor, sehingga menghasilkan kebijakan program yang tepat sasaran agar inflasi tidak naik," ujarnya.
Manajer Pengadaan Bulog Kanwil DIY, Fanshuri mengatakan, untuk ketersediaan kebutuhan pokok saat ini masih mencukupi. Untuk ketersediaan komoditas beras mencapai 2.053 ton.
Ketersediaan beras tersebut, katanya, masih bisa mencukupi kebutuhan masyarakat hingga tiga bulan kedepan atau hingga Mei 2023. Sementara itu, ketersediaan gula pasir saat ini sekitar 87 ton, minyak goreng sebanyak 127.108 liter, tepung terigu dua ton, dan daging sebanyak 300 ton.
"Di bulog ada sistem untuk mengecek realtime, kalau kurang secara sistem akan dikirim. Jika Yogya kurang, akan diambil di wilayah terdekat," kata Fanshuri
Kepala Perwakilan Bank Indonesia DIY, Budiharto Setyawan mengatakan, inflasi di Kota Yogyakarta menjadi representasi di DIY. Dia menyebut inflasi di DIY tahun 2022 pada level 6,49 persen year on year (yoy).
Pada Februari 2023, lanjutnya, DIY mengalami inflasi sebesar 0,27 persen month to month (mtm), yang mana lebih tinggi dibandingkan Januari 2023 sebesar 0,17 persen mtm. Secara tahunan, inflasi DIY Februari 2023 berada pada angka 6,28 persen yoy.
"Jadi ini memang relatif tinggi apabila dibandingkan dengan tingkat nasional. Ini didorong oleh pola musiman dari komoditas pangan. Kenaikan beras masih menjadi penyebab utama inflasi di Kota Yogyakarta di Bulan Februari karena musim panen baru dimulai Maret," kata Budiharto.
Menurutnya, perlu ada pencermatan mengingat akan memasuki Bulan Ramadhan, Idul Fitri dan akan berlanjut dengan libur anak sekolah. Terutama pada kelompok pangan yang biasanya menjadi penyumbang inflasi di Bulan Ramadhan dan Idul Fitri, seperti angkutan udara, daging ayam ras, telur ayam ras, bawang merah, dan tarif kereta api.
Ia pun memberikan usulan rekomendasi pengendalian inflasi persiapan Bulan Ramadhan dan Idul Fitri jangka pendek, yakni dengan pemantauan secara periodik stok dan harga komoditas utama. Selain itu, penguatan sharing informasi ketersediaan stok dan harga barang antara kabupaten kota untuk meminimalkan disparitas harga dan stok juga penting untuk dilakukan.
Termasuk operasi pasar juga dapat dilakukan untuk pengendalian inflasi menjelang Ramadhan dan Idul Fitri. Begitu pun dengan koordinasi dengan pemasok utama, penggunaan uang elektronik dan monitoring kesiapan, serta koordinasi dengan penyedia jasa angkutan.
"Tidak hanya operasi pasar jelang Ramadan dan Idul Fitri, bisa juga adakan pasar murah. Perlu juga ada himbauan ke masyarakat untuk berbelanja secara bijak," ujarnya.