Rabu 07 May 2025 19:15 WIB

Mekanisme MBG tak Berjalan Mulus, Sekda DIY Isyaratkan Evaluasi

Beberapa kali ditemukan adanya ulat pada sayuran.

Rep: Wulan Intandari/ Red: Fernan Rahadi
Sekretaris Daerah (Sekda) DIY, Beny Suharsono
Foto: Wulan Intandari
Sekretaris Daerah (Sekda) DIY, Beny Suharsono

REJOGJA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sekretaris Daerah (Sekda) DIY, Beny Suharsono ikut menanggapi berbagai persoalan yang terjadi sepanjang pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) di sejumlah sekolah. Sebagian besar berkaitan dengan penyajian MBG yang terkadang kualitas makanan yang disajikan kepada siswa-siswi itu dalam kondisi buruk.

Beberapa kali ditemukan adanya ulat pada sayuran, bahkan makanan yang didistribusikan, ditemukan ada yang sudah basi. Selain itu, masalah teknis juga menjadi atensi Pemda DIY. 

Hal ini menyusul pasca-adanya keluhan yang disampaikan oleh SMKN 4 Yogyakarta terkait pelaksanaan MBG tersebut. Terkait hal ini, Beny menegaskan perlunya evaluasi menyeluruh terhadap program MBG yang dicanangkan oleh pemerintah pusat.

Dia tak menepis bahwa tantangan dalam program MBG sangat besar karena kebutuhan makanan bergizi harus tersedia setiap hari secara berkelanjutan bagi ribuan siswa. Dari awal pelaksanaan program ini dimulai, sudah ada peringatan, karena program ini menyangkut kepercayaan publik.

"Bahkan juga Pak Gubernur itu sudah wanti-wanti, karena kita ini kan sebelumnya punya pengalaman mengelola yang kecil-kecil. Nah, sekarang kita menghadapi pengalaman mengelola yang (porsi makanannya) besar dan cepat," ujar Beny di Kompleks Kepatihan Yogyakarta, Rabu (7/5/2025).

"Jadi ya (karena MBG sudah berjalan), kita nggak boleh saling menyalahkan satu sama lain. Kita harus berbenah, memperbaiki mekanisme. Maka ya, yuk, kita evaluasi. Kita perbaiki bareng-bareng," ucap dia menambahkan.

Beny meminta sekolah-sekolah yang mengalami kendala dalam pelaksanaan MBG itu dapat datang melaporkan dan berdialog dengan pihak yang bersangkutan dengan program tersebut. Ia menekankan pentingnya komunikasi terbuka dan evaluasi bersama, dalam hal ini, semua pihak seharusnya tidak takut melaporkan terkait permasalahan yang terjadi di lapangan.

Begitu pula dengan permasalahan makanan basi dan sebagainya, menurutnya teknis waktu memasak dengan pendistribusian harus dievaluasi secara bersama.

"Kalau benar informasinya, sekali lagi ya, kalau benar informasinya, maka itu bisa jadi bahan evaluasi bersama. Jangan sampai kita menerima dampak lalu dipendam, kasihan. Pertama, kasihan siswanya. Kedua, kasihan tenaga pendidiknya," kata Beny.

Soal Beban Guru Bertambah

Beny juga menanggapi adanya keluhan soal beban guru yang bertambah pasca program tersebut dijalankankan. Bahkan ada yang menyatakan bahwa seharusnya guru hanya fokus pada fungsi edukasi, bukan logistik makanan. Namun nyatanya, tak sedikit yang mengalami kewalahan dalam pendistribusian MBG tersebut karena melibatkan data dan masih banyak lagi.

Ia pun sepakat bahwa tugas pokok guru adalah mengajar, jangan sampai program tersebut justru menambah beban yang berujung pada lalai pada tugas pokoknya. Oleh karenanya, perlu adanya evaluasi bersama untuk mencarikan solusi terhadap persoalan-persoalan yang terjadi.

Tenaga bantuan di sekolah dinilai memang diperlukan terkhusus sekolah dengan jumlah siswa yang banyak. Selain itu juga mengingat pendistribusian MBG memerlukan waktu yang relatif lama hingga sampai pengembalian tempat atau wadah makan.

"Tugas guru dari awal itu kan murni untuk melaksanakan tugas edukasi. Kalau ada tambahan, mestinya ya harusnya ada sekretariat yang bisa bantu guru dan kepala sekolah. Tapi kalau sampai guru berubah fungsi jadi pengelola, ya itu harus jadi bahan evaluasi juga," ungkapnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement