REJOGJA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat Gunung Merapi mengeluarkan 46 kali guguran lava selama 14 September 2024. Guguran tersebut meluncur ke arah barat daya atau ke Kali Bebeng.
“Jarak luncur maksimum mencapai 1.600 meter,” kata Kepala BPPTKG, Agus Budi Santoso, Ahad (15/9/2024).
Agus mengatakan, aktivitas Merapi saat ini masih cukup tinggi. Merapi sendiri sudah ditetapkan dengan status siaga atau level 3.
Selain guguran lava, pihaknya juga mengamati kegempaan yang masih tinggi. Dalam 24 jam terakhir, setidaknya lebih dari 100 kegempaan yang terjadi di Merapi.
Agus menuturkan, pihaknya mencatat terjadi 146 kali gempa guguran, satu kali gempa fase banyak, dan delapan kali gempa tektonik jauh.
Mengingat masih tingginya aktivitas Merapi, potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya dan sektor tenggara.
Agus merinci, pada sektor selatan-barat daya, potensi bahaya Merapi meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal lima kilometer, Sungai Bedog, Krasak, dan Bebeng sejauh maksimal tujuh kilometer. Pada sektor tenggara, potensi bahaya Merapi meliputi Sungai Woro sejauh maksimal tiga kilometer, dan Sungai Gendol sejauh lima kilometer. Sedangkan, lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius tiga kilometer dari puncak.
“Data pemantauan menunjukkan suplai magma di Merapi masih berlangsung yang dapat memicu terjadinya awan panas guguran di dalam daerah potensi bahaya,” ucap dia.
Untuk itu, masyarakat diminta agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya. Selain itu, pihaknya juga menegaskan agar masyarakat mewaspadai bahaya lahar dan awan panas guguran (APG), terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi.
“Masyarakat (juga diharapkan) agar mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi. Jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan, maka tingkat aktivitas Gunung Merapi akan segera ditinjau kembali,” ucap Agus.