REJOGJA.CO.ID, SURABAYA -- Kadiv Keimigrasian Kanwil Kemenkum HAM Jatim, Herdaus, mengungkapkan, jumlah pengungsi Rohingya yang ada di Sidoarjo, Jawa Timur, ada sebanyak 14 orang. Belasan pengungsi Rohingnya itu tersebar di beberapa tempat.
Ada sembilan orang yang tinggal di community house atau tempat penampungan. Perinciannya di Graha Aparna Puspa Agro enam orang dan Green Bamboo Cottage tiga orang. Sementara lima orang sisanya tinggal secara mandiri.
"Di penampungan Puspa Agro ada enam orang, di Green Bamboo ada tiga orang, yang mandiri lima. Jadi, totalnya ada 14 orang," kata Herdaus kepada Republika.co.id, Senin (11/12/2023).
Herdaus mengakui, agak rancu ketika ada pengungsi yang diperbolehkan tinggal secara mandiri. Sebab, kata dia, seharusnya, pengungsi tinggal di penampungan. Namun, Herdaus melanjutkan, mereka tinggal mandiri jauh sebelum dirinya bertugas di Jatim.
"Nah, itu saya juga gak setuju (pengungsi tinggal mandiri). Entah itu istilah dari mana kok pengungsi itu mandiri. Artinya, tidak ditempatkan di satu tempat," ujar pria yang baru dua bulan menjabat di Kanwil Kemenkum HAM Jatim tersebut.
Herdaus pun megakui, dirinya tidak mengetahui secara pasti sudah berapa lama para pengungsi Rohingya itu berada di Sidoarjo. "Kalau dari data sih ada yang ngaku sudah 10 tahun, tapi data persisnya belum tahu. Mungkin ada di catatan," ujarnya.
Diungkapkan, karena jumlahnya yang relatif kecil, sejauh ini tidak pernah ada permasalahan yang ditimbulkan pengungsi Rohingya di Sidoarjo. Ia pun memastikan, karena jumlah pengungsi yang sedikit tersebut, sejauh ini tidak pernah ada penolakan dari masyarakat setempat.
"Kalau lihat dari jumlahnya yang relatif begitu kecil, dan Satgas kita koordinasi baik, mereka juga ditangani dan diakomodasi dengan layak, sejauh ini gak ada gejolak. Mudah-mudahan jangan ada gejolak," kata dia.
Herdaus menambahkan, terkait perusakan sejumlah fasilitas di Rusun Puspa Agro yang viral di media sosial beberapa waktu lalu memang benar adanya. Rusun itu merupakan tempat penampungan pengungsi international, tidak hanya kelompok etnis Rohingya.
Dipastikan, perusakan yang dilakukan akibat lampu mati tersebut baru pertama kali terjadi. Selama ini, kata dia, di tempat pengungsian di Jatim relatif kondusif.
Ia pun mengajak semua pihak menjaga kondusivitas tersebut, karena pengaruhnya sangat besar terhadap iklim investasi di wilayah setempat.
"Sebelumnya gak ada perusakan, relatif kondusif di Jatim. Itu harus kita pertahankan, gak boleh ada gejolak, tidak boleh ada situasi yang panas di Jarim. Karena kita menjaga iklim investasi," ujarnya.
Terkait gelombang pengungsi Rohingya yang terus masuk ke Indonesia, utamanya Aceh, Herdaus berharap itu tidak terjadi di Jatim. Ia bahkan berharap jumlah pengungsi Rohingya di wilayahnya bisa berkurang.
"Kalau di Jatim jangan bertambahlah. Saya rapat dengan tim, dengan mana pun kalau bisa jangan ada tambahan lagi. Justru kalau bisa berkurang," kata dia.