REJOGJA.CO.ID, MALANG -- Inovasi baru dihadirkan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Tim mahasiswa ini berhasil menciptakan kreasi dengan membuat Xanthan Gum yang biasanya digunakan sebagai bahan pengental makanan untuk saus dan es krim.
Saat ini, xanthan gum terbuat dari hasil fermentasi Xanthomonas campestris melalui proses kimia substrat sintesis yang mengandung karbon dan nitrogen. Melihat hal tersebut, tim UMM menciptakan inovasi menggunakan limbah tapioka dan pepton ayam untuk pembuatan Xanthan Gum.
Ketua Tim, Salsabila Tazkiyatul Kamila mengatakan, limbah tapioka digunakan untuk menggantikan peran menjadi sumber karbon pada Xanthan Gum. "Sedangkan bulu ayam yang dihaluskan berperan sebagai pengganti nitrogen," ungkapnya.
Menurut dia, butuh proses yang panjang untuk mendapatkan pepton bulu ayam yang diinginkan dalam inovasi ini. Timnya tentu perlu memperhatikan kebersihan dalam pembuatan hal itu mengingat makanan tersebut akan dikonsumsi oleh manusia.
Maka dari itu, bulu ayam dicuci hingga bersih dan juga dikeringkan dengan sempurna. Tak hanya itu, proses pembersihan ini juga memerlukan beberapa tahapan higienitas.
Satu di antaranya ukuran bulu ayam diperkecil setelah dibersihkan menggunakan desinfektan dan air mengalir. Selesai itu, bulu ayam dihidrolisis di dalam water bath laboratorium yang menggunakan NaOH untuk menetralkan PH.
Kemudian ditambahkan larutan NaCl agar menetralkan bahan yang dipakai. Dilanjutkan menggunakan vacuum pump untuk menghilangkan gas dan udara yang dimiliki. Lalu langkah terakhir dengan menghaluskan bulu ayam untuk mendapatkan bubuk pengganti nitrogen.
Proses mendapatkan pepton yang diinginkan lumayan memakan waktu. Hal ini karena perlu melihat cuaca dan juga lamanya dalam proses di laboratorium.
Mahasiswa jurusan Prodi Teknik Pangan UMM ini juga menjelaskan, inovasinya memerlukan pula takaran limbah tapioka sebanyak 0,4 gram serta suhu 80 derajat. Langkah ini bertujuan untuk dapat membangunkan bakteri sebanyak lima militer yang akan digunakan dalam pembuatan inovasi ini.
"Paling tidak membutuhkan 80 menit untuk pengeringan pertama," ujarnya. Ia dan tim berharap, penemuannya ini dapat dilanjutkan ke tahap yang lebih serius seperti uji kelayakan.
Apalagi melihat fakta bahwa bahan yang mereka gunakan tidak pernah terpikirkan oleh peneliti lainnya. Ia tidak menampik, inovasinya harus ada uji kelayakan sebelum digunakan.
Dengan demikian, inovasi ini tidak hanya bagus karena menggunakan limbah tapioka dan bulu ayam tetapi juga benar-benar bermanfaat dan tidak membahayakan.