REJOGJA.CO.ID, KARANGANYAR -- Mantan narapidana terorisme (napiter) atau mitra deradikalisasi se-Solo Raya menggelar upacara bendera dalam rangka memperingati Hari Pahlawan di Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah, Ahad (12/11/2023). Upacara digelar sebagai bukti para mitra deradikalisasi benar-benar ingin berbakti kembali bangsa dan negara, setelah dulu mereka juga telah mengucapkan ikrar setia kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Upacara dipimpin oleh Direktur Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Brigjen Pol Ahmad Nurwakhid. Dalam amanatnya, Nurwakhid menyampaikan pentingnya kegiatan ini sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa serta cinta tanah air.
"Para pahlawan berjuang untuk merebut kemerdekaan Indonesia melalui jargon Hubbul Wathon Minal Iman. Tugas kita sekarang adalah menikmati kemerdekaan itu dan berterimakasih dengan melaksanakan kegiatan sehari-hari yaitu mengisi kemerdekaan itu sendiri," kata Nurwakhid.
Selain itu, Nurwakhid melanjutkan bahwa Pancasila bukanlah agama dan tidak dapat menggantikan agama. Akan tetapi Pancasila merupakan fondasi pemersatu bangsa dan isi Pancasila itu sendiri bersumber dari nilai-nilai agama.
Kegiatan dilanjutkan dengan ramah tamah dan diskusi Mitra Deradikalisasi se-Solo Raya bersama BNPT, Forkopimda se-Solo Raya, Densus 88 AT/Polri. Diskusi ini bertujuan untuk membangun sinergisitas antara BNPT dan Forkopimda serta Mitra Deradikalisasi se-Solo Raya.
Ketua Yayasan Gema Salam Jamaluddin yang menaungi para mitra deradikalisasi se-Solo Raya menyampaikan harapannya agar mitra deradikalisasi dapat membangun bangsa bersama-sama.
'Harapannya dengan mengikuti acara ini, seluruh mitra deradikalisasi dapat mengambil suri tauladan kepada pendiri bangsa secara utuh, sehingga akan menjadi anak bangsa yang dapat berperan aktif dalam membangun bangsanya ke arah yang lebih baik dan sejahtera,” tuturnya.
Hadir juga dalam kegiatan tersebut, Nasir Abbas, tokoh dan mantan petinggi Jamaah Islamiyah (JI). Nasir Abbas. Ia mengingatkan kepada para mitra deradikalisasi untuk berbuat hal yang benar bagi bangsa dan negaranya.
"Terdapat beberapa kasus yang dialami oleh napiter/mantan napiter, salah satunya tuduhan sebagai individu yang keluar dari Islam (murtad), kafir dan munafik karena memilih NKRI," ungkap Nasir.
Nasir menutup diskusi tersebut dengan menyampaikan kepada para mitra deradikalisasi agar dapat memberikan manfaat kepada bangsa.
"Saya berharap yang tadinya kita menjadi penerima manfaat atau yang dibina oleh pemerintah, dalam hal ini kepolisian, BNPT, Densus 88. Kita juga harus menjadi pemberi manfaat. Dimulai dengan mendirikan yayasan menjadi menjadi bukti bahwa kita berubah untuk membela bangsa sendiri," katanya.