REJOGJA.CO.ID, GERIH -- Petani asal Dusun Guyung, Gerih, Ngawi, Jawa Timur, Gemin (55 tahun) mengaku merasakan manfaat dari menanam padi varietas Gamagora 7. Jika dibandingkan dengan padi varietas lain, ia mengungkapkan padi varietas Gamagora 7 jauh lebih cepat hidup.
"Lewih enak ini, anakane yo buanyak (lebih enak ini, anakannya banyak)," kata Gemin, Rabu (1/11/2023).
Ia mengatakan, pada padi varietas lain biasanya dirinya harus memberi pupuk dua kali. Namun untuk Gamagora 7, baru diberi pupuk satu kali padi dapat tumbuh dengan baik.
"Ini belum ada 25 (hari) aja udah penuh kok, biasanya 25 hari masih kelihatan tanahnya," ucapnya.
Namun untuk kualitas beras yang dihasilkan Gamagora 7 dirinya masih belum mengetahui mengingat masih belum panen. Gemin mengatakan untuk jenis pupuk yang digunakan sama dengan padi lainnya, yakni pupuk urea, hingga phonska.
Plt Kepala Pusat Inovasi Agro Teknologi Universitas Gadjah Mada (PIAT UGM) Taryono mengatakan Gamagora 7 memiliki sejumlah keunggulan, diantaranya bisa dipanen maksimal 110 hari. Bahkan di musim kemarau bisa dipanen kurang dari 100 hari.
"Kemudian yang kedua, anakannya banyak. Kemudian serempak kalau kita lihat pertumbuhannya serempak, artinya nanti pada saat malainya semua keluar, ini berbunganya juga akan serempak, sehingga harapan kita mutu berasnya juga baik,"ungkap Taryono.
Taryono mengatakan selama ini uji coba dilakukan dalam jumlah yang sedikit. Untuk jumlah produksi besar, ia berharap kualitas beras Gamagora 7 nantinya tidak jauh berbeda dengan beras Rojo Lele.
Untuk produktivitas gabah kering panen Gamagora 7 mampu mencapai hingga 10 ton per hektare. Sementara produktifitas padi pada umumnya hanya menghasilkan 8 ton per hektare.
"Maka kalau saya mengatakan sekarang saya berani promosi mimpi UGM untuk mendukung kedaulatan pangan melalui Gamagora 7 insyaallah, dan ini harus kita dukung," kata Taryono.
Gamagora 7 merupakan singkatan dari Gadjah Mada Gogo Rancah 7. Untuk penanaman padi Gamagora 7 di Gerih, Ngawi, PIAT UGM bekerja sama dengan Agri Sparta.