REJOGJA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Agama tengah menggelar kegiatan Mudzakarah Perhajian Indonesia 2023. Dalam kesempatan itu, disepakati pula kerja sama di bidang ketahanan keluarga bersama Pimpinan Pusat (PP) 'Aisyiyah.
Kesepakatan ini ditandai dengan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas dan Ketua Umum PP 'Aisyiyah Salmah Orbayyinah. Hal ini dilaksanakan di Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, di Yogyakarta.
"Kementerian Agama terbuka untuk bermitra, bekerja sama dengan seluruh ormas atau lembaga untuk kemaslahatan umat, termasuk dengan 'Aisyiyah," ujar Menag Yaqut, Rabu (25/10/2023).
Ada beberapa ruang lingkup yang akan dilakukan setelah penandatanganan nota kesepahaman ini. Pertama, sosialisasi peraturan perundang-undangan dan kebijakan terkait ketahanan keluarga serta pembinaan dan pemahaman keagamaan yang moderat.
Kedua, menyiapkan komunikasi, informasi dan edukasi terkait ketahanan keluarga serta pembinaan dan pemahaman keagamaan yang moderat. Ruang lingkup terakhir adalah melakukan pembinaan, pemberdayaan, pendampingan dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia.
Upaya ini akan membahas mengenai peningkatan ketahanan keluarga, pembinaan, dan pemahaman keagamaan yang moderat sesuai prinsip ajaran Islam bagi masyarakat. "Terpenting, setelah nota kesepahaman ini adalah tindak lanjutnya. Segera ditindaklanjuti dan bila ada kendala, silakan lapor ke saya," lanjut Gus Yaqut, panggilan akrab Menag.
Adapun agenda Mudzakarah Perhajian Indonesia 2023 secara resmi telah dibuka pada Senin (23/10/2023). Berlokasi di UMY, kegiatan ini mengangkat tema Penguatan Istitha'ah Kesehatan Jamaah Haji.
Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (Dirjen PHU) Kementerian Agama (Kemenag), Hilman Latief, mengatakan kegiatan Mudzakarah Perhajian merupakan kegiatan yang penting untuk dilaksanakan setiap tahun.
Ia beralasan, permasalahan yang berkaitan dengan penyelenggaraan haji baik di dalam negeri maupun di Arab Saudi terus berkembang, termasuk tentang istitha'ah kesehatan jamaah haji.
"Permasalahan istitha'ah atau kemampuan seseorang untuk berhaji sering kali menjadi bahan diskursus yang sangat fundamen, sehingga penting dibuat kegiatan mudzakarah untuk mendiskusikan masalah tersebut," kata Hilman Latief saat membacakan laporannya.
Ia juga menyampaikan, dalam pelaksanaan ibadah haji 2023 angka kematian jamaah relatif tinggi. Bahkan, angka tersebut termasuk yang paling tinggi dalam 10 tahun terakhir penyelenggaraan haji.
Guru Besar UMY ini menyebut, jumlah jamaah yang wafat tahun ini dilaporkan mencapai 773 jamaah. Angka ini disampaikan pada penutupan operasional haji, pada 4 Agustus 2023.
"Ini jauh di atas angka kematian haji tahun 2017 yang jumlahnya mencapai 658 jamaah. Bahkan pada 2019, meski kuota haji lebih banyak atau 231 ribu, jamaah yang wafat 473 orang," ujarnya.