REJOGJA.CO.ID, JAKARTA — Masyarakat Kota Malang, Jawa Timur, memadati Bundaran Tugu pada Sabtu (21/10/2023) malam. Tampak tak sedikit dari mereka yang hadir dengan mengenakan kebaya, batik, lurik, dan blankon.
Pementasan hikayat Panji Sumirang dalam rangkaian ASEAN Panji Festival menjadi pilihan anak muda hingga orang tua di sana untuk menghabiskan akhir pekannya. Para penari dari sembilan negara ASEAN, termasuk Indonesia, mulai bergerak mementaskan kisah yang telah menjadi Memory of The World dari UNESCO itu sekira pukul 20.30 WIB.
Delegasi dari Laos menjadi yang paling pertama tampil. Disusul oleh delegasi Kamboja, Myanmar, Malaysia, Vietnam, Thailand, Filipina, Indonesia, dan Singapura. Masing-masing negara membawakan satu alur waktu dalam benang merah hikayat Panji Sumirang.
Satu per satu negara menampilkan pertunjukan dengan ciri khas negara masing-masing, baik dari segi musik, tarian, hingga kostum yang mereka kenakan. Selama pertunjukkan yang digelar di atas panggung seluas 10x36 meter itu berlangsung, warga yang hadir dengan antusias bertepuk tangan sejak awal hingga puncaknya di akhir cerita.
Di mana, para penari delegasi negara-negara ASEAN berkumpul mementaskan adegan terakhir secara beramai-ramai dan diperkenalkan satu per satu. Melihat pertunjukkan tersebut, Pj Wali Kota Malang Wahyu Hidayat merasa apa yang para penari tunjukkan adalah suatu hal yang hebat.
Menurut dia, terjadi kolaborasi yang baik antar negara meskipun berbeda bahasa dan budaya. Wahyu melihat penampilan mereka menjadi satu kesatuan yang apik.
“Mereka bisa bersinergi, berbeda bahasa, berbeda budaya, tapi penampilannya bisa jadi satu kesatuan. Ceritanya pun bisa kita cerna dengan baik,” ujar Wahyu usai pertunjukkan.
Ia berharap, pelaksanaan ASEAN Panji Festival dapat membawa nama kota Malang beserta budaya di dalamnya ke negara-negara lain. Dia berharap, pengalaman yang dimiliki oleh para delegasi yang ambil bagian pada kegiatan itu dan selama mereka berada di Malang dapat berdampak positif.
“Karena ini dari berbagai negara, Kota Malang tentu akan terbawa namanya dalam mengekspresikan budaya-budaya terutama di Indonesia dan itu akan dibawa dan akan jadi bahan cerita oleh para delegasi ASEAN yang ambil bagian pada kegiatan ini,” jelas dia.
Ditemui terpisah, Direktur Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan Kemendikbudristek, Restu Gunawan mengatakan, pertunjukan yang berlangsung selama kurang lebih dua jam itu menunjukkan kekompakan negara ASEAN dalam menampilkan satu kisah secara utuh. Kolaborasi yang baik antarnegara dia sebut menjadi penyebab hal itu bisa terjadi.
Restu juga mengatakan, ASEAN Panji Festival digelar sebagai bentuk diplomasi budaya dari Indonesia kepada negara-negara ASEAN. Dia menjelaskan, salah satu fungsi atau pemanfaatan kebudayaan adalah memang untuk diplomasi budaya.
“Festival internasional ini melibatkan seluruh negara ASEAN untuk memperkuat kolaborasi, kerja sama, kebudayaan di antara negara-negara lewat cerita Panji ini. Karena Panji itu kan menyebar dari asalnya kepulauan di Indonesia kemudian menyebar ke negara ASEAN,” kata dia.
Restu berharap dengan kolaborasi semacam kegiatan tersebut kisah Panji dapat juga didiplomasikan oleh negara-negara ASEAN ke negara-negara lain di luar ASEAN. “Pada waktunya nanti dengan kolaborasi semacam ini mudah-mudahan Panji bisa juga didiplomasikan oleh teman-teman negara ASEAN ke negara-negara lain juga,” jelas Restu.
Kemendikbudristek juga ingin para seniman lokal Indonesia memanfaatkan momentum diselenggarakannya ASEAN Panji Festival untuk memperluas jaringan. Sebab, para seniman lokal mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi dengan seniman-seniman yang berasal dari negara-negara Asia lain dalam seluruh proses pelaksanaan festival tersebut.
“Kita beri kesempatan kepada para pelaku seni di Indonesia di masing-masing kota untuk bisa berkolaborasi dengan seniman (mancanegara),” ujar Koordinator Kelompok Kerja Diplomasi Budaya Direktorat PPK Kemendikbudristek Yusmawati di Balai Kota Malang, Jumat (20/10/2023).
Koordinator nasional ASEAN Panji Festival itu menjelaskan, proses yang dilalui untuk menggelar festival tersebut tidak mudah. Di mana, pada awal tahun penyelenggara masih memproses naskah kisah Panji mana saja yang akan diambil. Setelah dibedah, naskah kemudian dibagi-bagi berdasarkan bagian yang tepat untuk masing-masing negara.
“Saya rasa masing-masing negara pun juga menemui kesulitan ya karena ada cerita yang menjadi kesatuan harus dipenggal-penggal. Tapi pada akhirnya menjadi satu cerita yang menarik karena kita melihat suatu kehebatan dari masing-masing negara, bagaimana mereka mengolah dengan kearifan lokal masing-masing,” kata dia menjelaskan.
Sebab itu, dia berharap para seniman lokal Indonesia dapat memanfaatkan momentum itu dengan membentuk jejaring yang semakin luas. Dengan demikian, mereka bisa merasakan pengalaman yang luas dan juga persahabatan dengan seniman-seniman lintas negara. Setidaknya ada delapan negara anggota ASEAN yang turut menjadi peserta pada festival tersebut.