Kamis 19 Oct 2023 15:51 WIB

Saluran Selokan Mataram Ditutup, 28 Kelompok Pembudidaya Ikan di Sleman Terdampak

Pembudidaya ikan tersebut tersebar di empat kapanewon.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Yusuf Assidiq
Pekerja megerjakan proyek revitalisasi saluran air cagar budaya Selokan Mataram di Kawasan Banyurejo, Tempel, Sleman, DI Yogyakarta (ilustrasi)
Foto: ANTARA/Andreas Fitri Atmoko
Pekerja megerjakan proyek revitalisasi saluran air cagar budaya Selokan Mataram di Kawasan Banyurejo, Tempel, Sleman, DI Yogyakarta (ilustrasi)

REJOGJA.CO.ID, SLEMAN -- Penutupan saluran Selokan Mataram berdampak pada sejumlah kelompok budi daya ikan di Sleman. Kepala Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan Kabupaten Sleman, Suparmono mengatakan, sebanyak 28 kelompok pembudidaya ikan yang tersebar di empat kapanewon terdampak kesulitan air.

Ia merinci, kelompok pembudidaya ikan yang terdampak di Kapanewon Seyegan terdapat tujuh kelompok seluas 82.500 m2 dengan produksi 363.120 kg. Sedangkan di Kapanewon Mlati terdapat enam kelompok pembudidaya ikan seluas 25.320 m2 dengan produksi 55.800 kg

Sebanyak enam kelompok pembudidaya ikan di Kapanewon Gamping juga terdapat lahan seluas 15.500 m2 dengan produksi 91.152 kg. Kemudian kelompok pembudidaya ikan yang terdampak di Kapanewon Godean ada sembilan kelompok pembudidaya ikan seluas 106.800 m2 dengan produksi 321.750 kg

"Total luasan kolam yang terdampak dari empat kapanewon tersebut adalah 230.120 m2 dengan jumlah produksi ikan 831.822 kg senilai Rp 16.636.440.000," kata Suparmono, Kamis (19/10/2023).

Ia mengatakan kondisi saat ini dari keempat kapanewon tersebut pada umumnya sudah melakukan panen awal sebelum dimulainya perbaikan selokan. Hanya sebagian kecil kelompok yang berbudidaya dengan menggunakan sumur pompa, yakni di Seyegan dan Mlati.

"Dengan perbaikan Selokan Mataram ini, masing-masing kelompok memanfaatkan waktu dengan melakukan perbaikan kolam dan saluran irigasi," ujar dia.

Suparmono menyampaikan beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi dampak kekeringan pada sektor budi daya, salah satunya pengurangan padat tebar ikan yang dibudidayakan.

"Pengurangan padat tebar ikan yang dibudidayakan bisa menghindari stres dan menjaga kualitas air," ungkapnya.

Kemudian beberapa langkah lain yang bisa digunakan untuk mengurangi dampak kekeringan yaitu dengan pemanfaatan teknologi budi daya nila dengan sistem bioflok.

Pada teknologi ini budi daya ikan mampu menghemat pemakaian air karena menggunakan water close system yang memungkinkan tidak melakukan penggantian air paling tidak selama dua siklus budi daya

Selain itu para pembudidaya ikan bisa melakukan pergantian pola tebar ikan dari ikan bersisik ke budi daya ikan non sisik seperti lele dan patin. Hal ini disebabkan karena karakteristik ikan non sisik cenderung tidak memerlukan air yang cukup banyak sebagai media hidupnya

"Penggunaan multivitamin dan probiotik pada sistem budidaya untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap potensi serangan penyakit ikan," kata dia. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement