Senin 04 Sep 2023 07:42 WIB

AHY Gagal Jadi Cawapres, Demokrat Ungkit Trauma 2018

Anies justru memilih Ketum PKB Muhaimin Iskandar sebagai cawapresnya.

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Yusuf Assidiq
Politikus Partai Demokrat yang juga mantan anggota Tim 8 Koalisi Perubahan untuk Persatuan, Iftitah Sulaiman.
Foto: Republika/ Nawir Arsyad Akbar
Politikus Partai Demokrat yang juga mantan anggota Tim 8 Koalisi Perubahan untuk Persatuan, Iftitah Sulaiman.

REJOGJA.CO.ID, KABUPATEN BOGOR -- Politikus Partai Demokrat yang juga mantan anggota Tim 8 Koalisi Perubahan untuk Persatuan, Iftitah Sulaiman mengatakan, partainya memiliki trauma pada 2018, jelang pendaftaran calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) untuk pemilihan presiden (Pilpres) 2019. Saat itu, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) gagal menjadi cawapres dari Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto.

"Partai Demokrat itu sejak lima tahun yang lalu, 2018 itu punya trauma. Jadi pada saat di ujung-ujung, kemudian tidak diputuskan secara sepihak kemudian kayak layangan putus gitu," ujar Iftitah di kediaman Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Puri Cikeas, Kabupaten Bogor.

Karenanya saat masih tergabung dalam Koalisi Perubahan untuk Persatuan, Partai Demokrat selalu mendorong agar Anies Rasyid Baswedan segera mengumumkan nama cawapresnya. Harapannya, trauma pada 2018 tersebut tak terulang kembali.

"Jadi bagi kita sebetulnya dari sejak awal, itu ingin deklarasi itu ketika udah jelas siapa pasangannya. Oleh karena itu, tapi kalau misalkan pada saat itu belum ada cawapresnya kan nggak akan ketemu-ketemu karena itu adanya piagam koalisi," ujar Iftitah.

Sayangnya, kejadian seperti 2018 kembali terjadi saat Anies justru memilih Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Abdul Muhaimin Iskandar, sebagai bakal cawapresnya. Padahal klaimnya, mantan gubernur DKI Jakarta itu sudah memilih AHY sebagai pendampingnya pada Pilpres 2024.

Ungkapnya, Anies menerima panggilan untuk menemui Ketua Umum Partai Nasdem, Surya Paloh pada Selasa (29/8/2023) malam. Ia mengetahui hal tersebut dari tim perwakilan Anies yang juga anggota Tim 8, Dadang Dirgantara.

Saat itu, Surya Paloh menawarkan nama Muhaimin kepada Anies untuk menjadi bakal cawapresnya. Klaimnya, mantan gubernur DKI Jakarta itu hanya menawarkan dua pilihan, menerima atau tidak.

"Ini adalah ujian kepemimpinan Pak Anies, dalam waktu yang split second-lah begitu beliau harus mengambil sikap, apakah menerima atau menolak," ujar Iftitah.

"Sebetulnya disayangkan oleh rekan-rekan dari Partai Demokrat, kan koalisi yang ada saja sudah cukup untuk mengusung beliau. Jadi bisa saja beliau mengatakan untuk menerima ini, sebelum saya membicarakannya dengan koalisi yang sudah hampir satu tahun ini bersama kita," katanya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement