REJOGJA.CO.ID, SLEMAN -- Sejumlah mahasiswa baru diduga mengalami kejadian luar biasa (KLB) keracunan pangan di kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus Bela Negara (PKKBN), yang digelar di Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta, Jumat (18/8/2023). Dalam laporannya, Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman dan Puskesmas Depok II menerima laporan sebanyak 55 maba mengalami sakit setelah mengonsumsi nasi kotak.
Dari laporan tersebut, Dinkes telah melakukan penyelidikan epidemiologi. Dari laporan tersebut, jumlah respons Google form yang diterima hingga Ahad (20/8/2023) pukul 18.00 mencapai 280 orang.
"Berdasarkan data Google form, jumlah orang yang sakit sebanyak 228 orang dan 52 orang lainnya tidak mengalami keluhan gejala," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Sleman, Khamidah Yuliati kepada Republika.
Yuli mengatakan keluhan yang dialami mahasiswa yakni mual, lemas badan, muntah, pusing, perut terasa panas. Berdasarkan 228 kasus terdiri dari 95 orang laki-laki dan 113 orang perempuan dengan rentang usia 16-22 tahun.
"Jumlah kasus yang dirujuk ke fasilitas kesehatan sebanyak 65 orang dan sisanya masih belum diketahui status pengobatannya," ujarnya.
Ia menambahkan 42 kasus yang dirujuk ke RS/klinik diketahui masih belum melakukan pengisian data Google form. Total peserta yang ikut dalam kegiatan tersebut diketahui berjumlah 753 orang, terdiri dari 715 mahasiswa baru, 34 orang panitia mahasiswa, dua orang panitia dosen UPN, dan dua satpam.
Sejumlah upaya telah dilakukan yakni mengamankan sampel makanan dan biologis yang terdiri dari dua box nasi kotak dan satu sampel muntahan. Sejauh ini peristiwa tersebut masih diduga keracunan pangan.
"Iya betul masih diduga karena hasil lab.sampel makanan maupun muntahan belum keluar hasilnya," tegasnya.
Pihaknya saat ini juga masih menunggu hasil pemeriksaan laboratorium sampel makanan dan muntahan. Selain itu pihaknya juga terus mencari kasus baru dugaan KLB keracunan pangan menggunakan kuesioner berbasis Google form. "Follow up populasi berisiko yang belum mengisi Google form," kata Yuli.
Dinkes juga melakukan crosscheck data kasus di rumah sakit dengan jawaban google form yang diterima. Selain itu Dinkes juga melakukan penyelidikan epidemiologi lanjutan ke penjamah makanan 'Waroeng SS'.
"Memberikan pembinaan kepada penjamah makanan untuk membuat Surat Laik Higiene dan Sanitasi (SLHS)," ungkapnya.
Mahasiswa yang mengalami dugaan keracunan pangan dirawat di beberapa rumah sakit seperti di JIH dan RSUP Sardjito. Sebanyak enam orang mahasiswa sebelumnya dirawat di RS JIH, namun kini sudah diizinkan pulang.
"Yang dirawat di RS ada di beberapa RS, tapi sudah diizinkan pulang, yang rawat inap di JIH enam orang juga sudah diizinkan pulang, terakhir hanya tinggal satu orang yang belum pulang, tapi insya Allah dan semoga hari ini sudah boleh pulang juga," kata dia.
"Kemarin ada beberapa RS yang melaporkan, tapi karena perawatan yang paling lama lebih dari dua hari adalah JIH sebanyak enam orang tersebut, sementara di RS lainnya tidak sampai dua hari sudah boleh pulang dengan kondisi membaik," jelasnya.