REJOGJA.CO.ID, UNGARAN -- Musim kemarau yang disertai dengan fenomena El Nino kali ini, telah berdampak bagi sektor pertanian sedikitnya di tiga kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Kendati belum dilaporkan adanya lahan pertanian yang mengalami puso, akibat dampak kekeringan ini berpotensi menyebabkan penyusutan produksi pertanian, khususnya padi, hingga 46,48 ton.
Data yang dihimpun dari Dinas Pertanian Perikanan dan Pangan (Dispertanikap) Kabupaten Semarang menyebutkan, hingga bulan Juli 2023 sedikitnya 313 hektare lahan pertanian padi yang ada di delapan desa telah terdampak kekeringan.
Masing-masing di Desa Cukil, Kecamatan Tengaran; Desa Jatirunggo, Wonorejo dan Desa Wonoyoso di Kecamatan Pringapus serta Desa Semowo, Tukang, Sumberejo dan Desa kadirejo, Kecamatan Pabelan.
Kepala Dispertanikap, Kabupaten Semarang, Muh Edy Sukarno mengungkapkan, berdasarkan data pemantauan kerusakan tanaman akibat kekeringan hingga 31 Juli 2023, dari luas 30 hektare lahan persawahan yang terdampak, sebanyak 2 hektare di antaranya mengalami rusak ringan dan sedang.
Sementara dari 90 hektare luas lahan tanaman padi yang terdampak dan tersebar di wilayah Desa Jatirunggo, Wonorejo dan Desa Wonoyoso—sebanyak 8 hektare di antaranya mengalami kerusakan kategori ringan.
“Sedangkan dari 200 hktare lahan tanaman padi yang terdampak di wilayah Desa Semowo, Tukang,Sumberejo dan Desa Kadirejo, sebanyak 21 hektare di antaranya mengalami rusak dengan kategori berat,” jelasnya, di Ungaran, Kabupaten Semarang, Rabu (9/8/2023).
Lahan persawahan yang mengalami kerusakan kategori berat, jelas Edy, sudah dapat dipastikan bakal kehilangan produktivitas hingga 70 persen, sedangkan lahan persawahan yang mengalami kerusakan ringan akan mengalami kehilagan produksi hingga 25 persen.
Dengan asumsi produktivitas lahan yang mencapai 5,6 ton per hektare, maka dampak kekeringan terhadap lahan persawahan ini akan mengakibatkan penurunan produksi hingga 46,48 ton.
“Rinciannya penurunan produksi lahan yang mengalami kerusakan ringan total mencapai 11,2 ton dan penurunan produksi pada lahan persawahan yang mengalami rusak berat total sebanyak 35,28 ton,” jelasnya.
Edy juga menyampaikan, pada musim kering atau musim kemarau ini, jenis tanaman pangan yang cukup rentan terdampak adalah tanaman padi, karena memang membutuhkan air yang cukup.
Hal ini diamini oleh Koordinator Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) Dispertanikap Kabupaten Semarang, Sugeng Riyono menambahkan, sejauh ini untuk tanaman jenis hortikultura tidak seberapa terdampak.
Meskipun umumnya berada di dataran yang lebih tinggi, namun ketersediaan airnya masih cukup. Selain itu, saat ini juga sudah banyak irigasi perpipaan di sentra-sentra hortikultura di wilayah Kecamatan Getasan, Sumowono dan Kecamatan Bandungan.
“Seehingga di luar tanaman padi tanaman pertanian yang lain relatif tidak begitu terdampak, sampai dengan bulan Agustus 2023 ini,” jelasnya.