REJOGJA.CO.ID, UNGARAN -- Musim kemarau yang dibarengi dengan fenomena El Nino, telah telah memberikan dampak bagi ketersediaan air, baik air bersih untuk kebutuhan masyarakat maupun air bersih bagi kebutuhan pertanian.
Langkah-langkah antisipatif dalam rangka menghadapi kondisi ini, telah dipersiapkan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Semarang, agar dampak yang lebih buruk tidak terjadi di daerahnya akibat pengaruh musim kemarau tahun ini.
Bupati Semarang, H Ngesti Nugraha yang dikonfirmasi mengungkapkan, karena saat ini sudah memasuki puncak musim kemarau, untuk wilayah-wilayah Kabupaten Semarang yang sudah mengalami penurunan ketersediaan air sangat terpengaruh.
“Tak terkecuali dengan produktivitas pertanian di Kabupaten Semarang,” ungkapnya, di Ungaran, Jawa Tengah, Ahad (6/8/2023)
Dengan kondisi cuaca yang sangat kering seperti sekarang ini, jelasnya, sejumlah wilayah yang ketersediaan airnya mulai berkurang tentu sektor pertaniannya tidak akan bisa dioptimalkan.
Namun begitu, strategi pemkab dalam menjaga ketersediaan serta ketahanan pangan setidaknya mampu mengurangi risiko terburuk oleh adanya dampak fenomena calam dan cuaca yang terjadi.
Misalnya strategi melalui edukasi kepada petani maupun kelompok tani yang dilakukan oleh Dinas Pertanian Perikanan dan Pangan (Dispertanikap) dalam mengupayakan peningkatan produktivitas pertanian.
Sehingga beberapa sentra produksi tanaman komoditas pangan mampu meningkatkan produktivtasnya. “Karena kita mendorong bagaimana lahan sawah irigasi teknis yang satu tahun atau 14 bulan bisa panen tiga kali diopimalkan,” jelasnya.
Upaya lain yang dilakukan, kata bupati, adalah mendorong peningkatan produktivitas lahan pertanian. Misalnya lahan yang semula hanya bisa panen 5 – 6 ton per hektare, dioptimalkan hingga mampu panen mencapai 8 – 9 ton per hektare.
Salah satunya di Desa Candirejo, Kecamatan Tuntang, yang lahan pertanian yang awalnya hanya bisa panen 7 – 8 ton per hetare, telah dioptimalkan hingga hasil panennya bisa mencapai 11 ton per hektare.
Ini bisa dilakukan karena edukasi Dinspertanikap kepada kelompok tani setempat. “Sehingga, walaupun dampak bagi pertanian cukup berpengaruh, namun ketersediaan pangan di Kabupaten Semarang ini masih terjaga,” ungkap dia.
Ngesti juga menyampaikan, terkait dengan kebutuhan air bersih dalam menghadapi musim kemarau dan dampak el Nino, pemkab juga menyiapkan bantuan air bersih yang dapat diakses oleh warga terdampak.
Misalnya seperti di Dusun Kropoh, Desa Gogodalem, dan di Desa Rembes, Kecamatan Bringin, maupun desa-desa di sekitarnyayang sejak dua bulan terakhir telah meminta penyaluran bantuan air bersih.
Termsuk juga di Desa Kawengen dan Desa Mluweh di Kecamatan Ungaran Timur yang juga sudah mulai mengajukan bantuan air bersih bagi warga yang terdampak musim kemarau.
“Pemkab telah mengalokasikan anggaran untuk membantu ratusan tangki air bersih kepada warga yang membutuhkan, akibat dampak musim kemarau. Termasuk juga dukungan dari TNI/Polri juga telah disiapkan,” jelas bupati.
Kepala Dispertanikap Kabupaten Semarang, Moh Edy Sukarno menambahkan, posisi ketersediaan pangan sampai dengan saat ini masih cukup aman, walaupun sektor pertanian harus menghadapi dampak fenomena el Nino.
Untuk komoditas beras, jelasnya, produksi di Kabupaten Semarang sampai Juni 2023 mencapai 130.883 ton dan ketersediaan beras sebelumnya mencapai 75.586 ton.
Jika dibandingkan dengan rata-rata konsumsi beras sesuai Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang mencapai 81,044 kilogram per kilogram per kapita per tahun, masih mengalami surplus sebesar 33.167 ton.
Dengan posisi ini cadangan pangan khususnya beras di Kabupaten Semarang sampai saat ini masih cukup aman, paling tidak untuk empat bulan ke depan.
“Data jumlah tersebut belum mencakup akumulasi hasil panen kedua padi di Kabupaten Semarang yang di beberapa wilayah baru akan berakhir pada Agustus 2023 ini,” kata Edy.