REJOGJA.CO.ID, MALANG -- Ada berbagai cara untuk mengelola sampah termasuk bekas popok bayi. Puskesmas Polowijen, Kota Malang, telah melakukan sejumlah upaya untuk mengubah sampah popok bayi menjadi kerajinan tangan dan pupuk.
Sanitarian Puskemas Polowijen, Nova Cristy mengatakan, puskemasnya sejak 2019 telah melakukan berbagai upaya untuk mengelola sampah popok bayi. "Jadi kita menerima popok yang sudah bersih dari masyarakat untuk dikumpulkan di Puskesmas Polowijen," kata Nova saat ditemui Republika.co.id dalam kegiatan Pameran Inovasi Pengelolaan Lingkungan Hidup di Malang Creative Center (MCC), Kota Malang.
Puskesmas Polowijen melakukan kerja sama dengan pihak lain untuk menciptakan kerajinan tangan dari limbah popok. Dari sini, pihak puskesmas pun mampu menciptakan tas, sandal, vas bunga, wadah kartu identitas, dan pupuk berbahan popok.
Lebih perinci, proses pembuatan kerajinan tangan ini diawali dengan pengumpulan limbah popok dari masyarakat. "Semua merek bebas dengan syarat sudah dibersihkan. Selain itu, gel yang di dalamnya harus dikeluarkan dulu karena gel itu bisa berfungsi sebagai pupuk cair karena dapat menutrisi tanah," ujar Nova.
Setelah dicuci bersih, popok diberikan sabun untuk kemudian direndam kaporit atau Bayclin selama 15 hingga 30 menit. Kemudian popok dijemur sampai kering lalu dilekatkan lem kayu sampai tiga layers sehingga tebal dan tidak mudah robek.
Kemudian, popok tersebut siap untuk dibuat berbagai bentuk kerajinan. Menurut Nova, produk-produk yang dihasilkan Puskemas Polowijen telah diperjualbelikan ke berbagai pelanggan di Indonesia, baik secara luring maupun daring.
Tidak hanya itu, baru-baru ini produknya juga berhasil diekspor hingga ke Singapura. Adapun terkait harga produk yang ditawarkan bermacam-macam jumlahnya.
Harga menyesuaikan produk yang dibeli seperti tas yang dibanderol sekitar Rp 100 ribuan. Kemudian untuk harga sandal dibanderol sekitar Rp 50 ribu sampai Rp 100 ribuan.