REJOGJA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Okupansi atau tingkat hunian hotel di DIY menunjukkan penurunan di masa libur Lebaran 2023 ini. Perhimpunan Hotel dan Resto Indonesia (PHRI) DIY menduga ada beberapa faktor yang menyebabkan turunnya okupansi hotel di DIY.
Ketua DPD PHRI DIY, Deddy Pranowo Eryono mengatakan, pihaknya sudah melakukan analisa sementara terkait turunnya okupansi hotel di DIY di masa libur Lebaran 2023 ini dibandingkan dengan 2022 lalu.
Salah satu faktor yang menyebabkan turunnya okupansi hotel dikarenakan adanya pemerataan tinggal wisatawan di DIY. Pasalnya, saat ini sudah ada beberapa hotel baru yang dibangun, seperti pembangunan hotel yang dibangun di Kabupaten Kulonprogo.
"Analisa sementara ada penurunan ini disebabkan ada pemerataan wisatawan stay-nya di DIY, karena ada beberapa hotel baru di Kulonprogo, Sleman, dan Gunungkidul," kata Deddy kepada Republika, Selasa (2/5/2023).
Meski ada beberapa hotel baru yang dibangun di kawasan tersebut, namun pihaknya mencatat okupansi hotel yang tertinggi masih di Kota Yogyakarta dan Sleman.
Deddy menjelaskan, faktor lain yang menyebabkan turunnya okupansi hotel di DIY dikarenakan adanya larangan buka bersama bagi aparatur sipil negara (ASN). "Dan juga daya beli masyarakat yang turun," ujar Deddy.
Setidaknya, PHRI DIY mencatat bahwa okupansi hotel di DIY pada H-2 hingga H+3 Lebaran 2023 ini rata-rata hanya 50 persen. Angka ini turun dibanding 2022 lalu yang okupansinya rata-rata mencapai 70 persen.
Okupansi ini baru mulai naik pada H+4 hingga H+8 yang rata-rata 80 persen. Sedangkan, pada 1 Mei mulai turun di angka 70 persen. "Tahun lalu H+4 sampai dengan H+8 bisa 95 persen," jelasnya.
Meski okupansi hotel mulai turun di awal Mei, namun untuk reservasi hingga akhir Mei 2023 ini cukup tinggi. Deddy menuturkan, reservasi hotel selama Mei ini sudah mencapai 80 persen.
"Ada angin segar di DIY untuk Mei ini, reservasi sampai dengan akhir bulan mencapai 80 persen," tambah Deddy.