Sabtu 29 Apr 2023 17:44 WIB

BPBD DIY Sebut 27 Kecamatan di DIY Rawan Bancana Kekeringan

Musim kemarau 2023 diperkirakan lebih kering dari tahun sebelumnya.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Yusuf Assidiq
Musim kemarau. Ilustrasi
Foto: ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya
Musim kemarau. Ilustrasi

REJOGJA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kawasan DIY yang rawan bencana kekeringan saat musim kemarau cukup banyak. Pasalnya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY menyebut ada 27 kecamatan di empat kabupaten DIY yang masuk dalam kawasan rawan bencana kekeringan.

Mulai dari Kabupaten Sleman, Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Gunungkidul. Manajer Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD DIY, Lilik Andi Aryanto mengatakan, di Sleman ada satu kecamatan yang rawan bencana kekeringan yakni Kecamatan Prambanan.

Sedangkan, di Kulonprogo ada enam kecamatan yang rawan kekeringan. "Di Kulonprogo, kawasan rawan bencana kekeringan ada Kecamatan Pengasih, Kokap, Girimulyo, Nanggulan, Kalibawang, dan Samigaluh," kata Lilik kepada Republika.

Adapun kawasan selatan DIY memiliki lebih banyak kawasan rawan bencana kekeringan, yakni di Bantul dan Gunungkidul. Lilik menyebut, di Bantul ada delapan kecamatan yang masuk dalam rawan bencana  kekeringan.

Mulai dari Kecamatan Pajangan, Pandak, Sedayu, Piyungan, Kretek, Pundong, Imogiri, dan Dlingo. Di Gunungkidul, pihaknya mencatat ada 12 kecamatan yang rawan bencana kekeringan saat musim kemarau.

"Di Gunungkidul ada Kecamatan Panggang, Purwosari, Paliyan, Saptosari, Tepus, Tanjungsari, Rongkop, Girisubo, Semanu, Ponjong, Wonosari, dan Playen yang rawan bencana kekeringan," ujar Lilik.

Melihat cukup banyaknya daerah yang berpotensi terjadi kekeringan, maka masyarakat maupun pemerintah daerah diminta untuk mengantisipasi musim kemarau tahun ini.

Terlebih, musim kemarau 2023 diperkirakan lebih kering dari tahun sebelumnya. "Masyarakat diimbau untuk bijak di dalam mempergunakan air," jelasnya.

Selain itu, potensi kebakaran selama musim kemarau cukup tinggi di DIY. Untuk itu, Lilik menegaskan agar masyarakat tidak membuat sumber-sumber api yang dapat menyebabkan kebakaran.  

"Sehingga dimohon tidak membuang puntung rokok sembarangan, peternak yang biasa membakar jerami di dekat kandang juga perlu mengawasi apinya sehingga tidak merembet ke tempat lain," ujar dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement