Rabu 08 Mar 2023 16:17 WIB

Tahun Ini Diperkirakan 12 Juta Pemudik Lebaran Lintasi Jateng

Jumlah pemudik itu meningkat 13,38 persen dibanding tahun sebelumnya.

Red: Yusuf Assidiq
Sejumlah kendaraan roda empat yang didominasi pemudik Lebaran 2022 melaju saat akan memasuki Gerbang Tol (GT) Kalikangkung, Semarang, Jawa Tengah (ilustrasi).
Foto: ANTARA/Aji Styawan
Sejumlah kendaraan roda empat yang didominasi pemudik Lebaran 2022 melaju saat akan memasuki Gerbang Tol (GT) Kalikangkung, Semarang, Jawa Tengah (ilustrasi).

REJOGJA.CO.ID, SEMARANG -- Berbagai persiapan jelang Ramadhan serta Idul Fitri 1444 Hijriah menjadi perhatian jajaran Pemprov Jawa Tengah. Salah satunya terkait arus mudik Lebaran mendatang.

Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menyebutkan, tahun ini diprediksi terjadi kenaikan jumlah pemudik mencapai 13,38 persen atau sekitar 12 juta pemudik melintas Jateng.

Ia pun meminta agar semua jajaran siaga sampai dengan Lebaran nanti. Antara lain dengan membuat simulasi agar bisa mengelola arus mudik yang diperkirakan sampai 12 juta yang akan masuk ke Jateng.

"Jadi ini persiapan-persiapan yang harus saya kira, jauh lebih dini akan lebih baik,” ujarnya, usai Rapat Koordinasi Tim Pengendali Inflasi Daerah di Semarang, Rabu.

Pada bagian lain, Ganjar juga menyebut inflasi masih membayangi jelang Ramadhan dan Idul Fitri 1444 Hijriah. Terutama terkait harga beras di Jateng yang masih Rp 11.270 per kilogram dari harga acuan pembelian yang ditetapkan Bapanas yakni Rp 9.450 per kg.

“Beras kan panen raya udah berjalan dan harganya mulai turun, tapi jangan sampai petani rugi maka Bulog kami minta untuk stand by,” katanya.

Ganjar juga meminta Bulog terus siaga memantau kondisi harga gabah kering panen di petani sehingga jika nantinya harga terus menurun dari harga acuan pembelian, maka saatnya Bulog mengintervensi.

Pada rakor tersebut, mantan anggota DPR RI itu juga meminta seluruh BUMD turut serta dalam persiapan menghadapi situasi di jelang Ramadhan dan Idul Fitri. Ia mengungkapkan, kendala yang dihadapi saat ini adalah sulitnya mengetahui pergerakan beras dari hasil panen raya.

BUMD juga diminta untuk mendata produktivitas lahan yang ada, serta potensi yang rawan terganggu saat cuaca ekstrem. “BUMD khususnya yang urusan pangan coba semua berkoordinasi untuk mengecek stoknya ada berapa, harganya seperti apa, kamu ngambil dari mana, kamu jualnya ke mana,” kata dia.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement