Jumat 27 Jan 2023 14:11 WIB

Cakupan Kawasan Pemurnian Tanah di Kabupaten Semarang Diperluas

Komposisi penggunaan pupuk kimia akan terus dikurangi secara bertahap.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yusuf Assidiq
Bupati Semarang, H Ngesti Nugraha (ketiga dari kanan), saat melakukan panen padi di lahan demplot pertanian Desa Brongkol, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang, Rabu (25/1). Program  pemurnian tanah yang dicobakan pada demplot pertanian ini mampu mendongkrak rata-rata produksi hingga 1,2 ton per hektare.
Foto: dok. Humas Pemkab Semarang
Bupati Semarang, H Ngesti Nugraha (ketiga dari kanan), saat melakukan panen padi di lahan demplot pertanian Desa Brongkol, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang, Rabu (25/1). Program pemurnian tanah yang dicobakan pada demplot pertanian ini mampu mendongkrak rata-rata produksi hingga 1,2 ton per hektare.

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Hasil percontohan program pemurnian tanah guna  mengembalikan kesuburan lahan pertanian yang dicobakan di sejumlah demplot pertanian oleh Pemerintah Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, dinilai cukup menjanjikan.

Hal ini membuat Pemkab Semarang kian terpacu untuk terus memperluas pemurnian tanah pada lahan pertanian yang ada di daerahnya, dalam rangka mendorong produktivitas dan meningkatkan hasil pertanian.

"Secara bertahap, pemurnian lahan ini akan kami perluas," kata Bupati Semarang, H Ngesti Nugraha saat dikonfirmasi di Ungaran, Kabupaten Semarang, Kamis (26/1/2023).

Menurut Ngesti, dalam program peningkatan produksi pertanian, Pemkab Semarang melalui Dinas Pertanian Perikanan dan Pangan (Dispertanikap) telah membuat 16 demplot pemurnian tanah di 16 kecamatan, masing-masing seluas satu hektare.

 

Salah satunya demplot pertanian yang ada di wilayah Desa Brongkol, Kecamatan Jambu. Di luar lahan pertanian padi, program pemurnian tanah juga dilakukan untuk lahan pertanian nonsawah yang berada di dataran tinggi dan sudah berjalan di atas 100 hektare.

Upaya ini dilakukan sebagai solusi atas penurunan kesuburan lahan pertanian akibat penggunaan pupuk kimia yang sudah terlalu berlebihan. "Karena penggunaan pupuk kimia yang berlebihan telah menyebabkan lahan pertanian berangsur-angsur kehilangan kesuburan," jelasnya.

Sehingga, kata bupati, kondisi ini dapat mengganggu produktivitas hasil pertanian, selain proses pengolahan tanah menjadi lebih sulit sebelum dapat ditanami kembali dengan tanaman padi.

Konsep pemurnian tanah ini dilakukan dengan mengurangi komposisi penggunaan pupuk kimia dan mensubstitusi sebagian kebutuhan tanaman padi dengan penggunaan pupuk organik (pupuk kandang).

"Jika sebelumnya penggunaan pupuk kimia mencapai 250 kilogram per hektare telah dikurang menjadi 130 kg per hektare dan kekurangannya dipenuhi dengan pupuk kandang (organik) yang dihasilkan dari ternak para petani," jela diya.

Hasilnya, tambah bupati, cukup menggembirakan. Karena tanaman padi yang ditanam pada lahan demplot uji coba pemurnian tanah ini rata-rata mampu menghasilkan panen hingga 1,2 ton lebih banyak tiap hektarenya.

Ini dibuktikan bupati saat melakukan panen di lahan demplot pertanian di Desa Brongkol, Rabu (25/1) kemarin. "Insya Allah, produktivitas ini akan bisa ditingkatkan saat komposisi penggunaan pupuk kimia terus ditekan," kata dia.

Agar program peningkatan produktivitas pertanian melalui pemurnian tanah ini dapat berkelanjutan, tambah bupati, para petugas penyuluh pertanian juga telah melatih para petani untuk memproduksi pupuk organik secara mandiri.

Prosesnya limbah kotoran hewan tersebut atau rabuk difermentasi dengan campuran dolomit atau dengan Effective Micro Organism-4 (EM4). Selain itu edukasi tentang mikrobiotanah juga akan digencarkan di kalangan petani di daerahnya.

Bupati juga menyampaikan, ke depan komposisi penggunaan pupuk kimia akan terus dikurangi secara bertahap hingga produksi pertanian beralih pada penggunaan pupuk organik. Sebab ada sejumlah keuntungan dengan program pemurnian tanah ini.

Yakni akan mengurangi pola ketergantungan pada penggunaan pupuk kimia, produktivitas relatif lebih bagus, beras yang dihasilkan merupakan beras organik yang lebih sehat dan harga keekonomiannya terangkat. "Yang pasti tanah menjadi lebih subur dan petani lebih makmur," katanya.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement