Selasa 20 Sep 2022 17:51 WIB

Musim Hujan Datang Lebih Awal, Masyarakat Diminta Waspada DBD dan Leptospirosis

Kasus DBD di Kota Yogyakarta selama 2022 hingga 19 September sudah mencapai 129 kasus

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Muhammad Fakhruddin
Musim Hujan Datang Lebih Awal, Masyarakat Diminta Waspada DBD dan Leptospirosis (ilustrasi).
Foto: ANTARA/AMPELSA
Musim Hujan Datang Lebih Awal, Masyarakat Diminta Waspada DBD dan Leptospirosis (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogyakarta meminta masyarakat untuk mewaspadai penyakit DBD dan leptospirosis. Hal ini mengingat musim hujan 2022-2023 datang lebih awal dari normal berdasarkan laporan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

BMKG memperkirakan bahwa awal musim hujan di Indonesia akan terjadi di September hingga November 2022. Sedangkan, puncak musim penghujan diperkirakan terjadi di Desember 2022 dan Januari 2023.

Baca Juga

"Selalu waspada agar kondisi tubuh tetap sehat dengan menjaga kesehatan melalui 3R atau reuse, reduce, dan recycle dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)," kata Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Menular dan Imunisasi Dinkes Kota Yogyakarta, Endang Sri Rahayu.

Endang menyebut, kasus DBD di Kota Yogyakarta selama 2022 hingga 19 September sudah mencapai 129 kasus. Jumlah tersebut sudah lebih tinggi dari 2021 yang tercatat sebanyak 92 kasus.

Untuk kasus leptospirosis ditemukan sebanyak lima kasus pada 2022 lalu. Sedangkan, di 2022 ini sudah ditemukan setidaknya enam kasus leptospirosis di Kota Yogyakarta.

"Penyakit DBD dan Leptospirosis masih terus meningkat, diharapkan warga tetap menjaga kebersihan dan selalu menerapkan pencegahan penyakit saat musim penghujan," ujarnya.

Pihaknya juga terus melakukan sosialisasi dan edukasi kepada warga terkait kedua penyakit tersebut. Diharapkan kesadaran masyarakat untuk melakukan pencegahan terhadap kedua penyakit ini.

Endang menjelaskan, masyarakat dapat melakukan pencegahan terkait DBD dengan 4M plus. Mulai dari menguras, mengubur, menutup dan memantau.

"Masyarakat bisa memulai dengan memanfaatkan kembali barang bekas dan memanjat talang dimana biasanya ada genangan air setelah hujan," jelas Endang.

"Selain itu, untuk mencegah gigitan nyamuk bisa memakai baju panjang ataupun menanam tanaman anti nyamuk, tidak menggantung baju berlebihan," lanjut Endang.

Lebih lanjut, Endang menjelaskan, leptospirosis yakni penyakit bakteri yang menyebar melalui urin hewan yang terinfeksi. Manusia, katanya, dapat terinfeksi leptospirosis melalui kontak langsung dengan urin hewan yang terinfeksi atau melalui air, tanah, atau makanan yang terkontaminasi urine hewan. "Kondisi ini paling umum terjadi di iklim hangat," tambahnya.

Gejala yang dapat terjadi bagi yang sudah terinfeksi leptospirosis diantaranya mengalami demam tinggi dan menggigil, sakit kepala, mual, muntah, tidak nafsu makan, diare, mata merah, nyeri otot, terutama pada betis dan punggung bawah.

Selain itu, yang sudah terinfeksi juga dapat mengalami sakit perut, ada bintik-bintik merah pada kulit yang tidak hilang saat ditekan. Jika mengalami gejala tersebut, masyarakat diminta untuk segera memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) terdekat.

"Segera ke fasyankes untuk periksa lebih lanjut agar dapat ditemukan penyakit lebih dini, lebih baik," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement