Selasa 13 Sep 2022 21:09 WIB

DP3AP2KB Probolinggo Beri Trauma Healing Korban Jembatan Putus

Traumahealing itu dilakukan dengan metode konseling kelompok.

DP3AP2KB Probolinggo Beri Trauma Healing Korban Jembatan Putus (ilustrasi).
Foto: ANTARA/Muhammad Bagus Khoirunas
DP3AP2KB Probolinggo Beri Trauma Healing Korban Jembatan Putus (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,PROBOLINGGO -- Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur memberikan trauma healing (proses penyembuhan trauma) kepada siswa SMPN 1 Pajarakan yang menjadi korban jembatan gantung yang putus.

Kegiatan trauma healing yang dipandu oleh tenaga konselor Pusat Pembelajaran Keluarga, yang merupakan layanan pendampingan keluarga dari DP3AP2KB Kabupaten Probolinggo, sehingga para siswa terlihat riang gembira mengikuti kegiatan itu dan seakan sudah melupakan peristiwa putusnya jembatan gantung tersebut.

Baca Juga

"Traumahealing itu dilakukan dengan metode konseling kelompok dimana satu kelompok terdiri atas 15 orang siswa dengan satu orang konselor," kata Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak DP3AP2KB Kabupaten Probolinggo Umi Setyowati di Probolinggo, Selasa.

Menurutnya, tujuan dari kegiatan trauma healing adalah untuk mengetahui sejauh mana tingkat kecemasan siswa sehubungan dengan kejadian tersebut, dengan menggunakan instrumen berupa Depresion Anxiety Stress Scale (DASS).

Kegiatan itu merupakan langkah awal untuk membantu mengatasi trauma dan mengembalikan kondisi psikologi siswa supaya kembali bersemangat melanjutkan kehidupan, terutama belajar di sekolah.

"Adapun rencana tindak lanjut dari kegiatan trauma healing adalah konseling lanjutan kepada siswa korban yang dinilai memiliki tingkat kecemasan yang cenderung tinggi terkait dengan kejadian putus dan ambruknya jembatan gantung itu," katanya.

Sementara Kepala SMPN 1 Pajarakan Arif Syamsul Hadi mengatakan trauma healing diikuti oleh 60 siswa yang terbagi menjadi kelas perempuan dan kelas laki-laki. Dari 60 siswa tersebut, 30 siswa diantaranya merupakan korban terjatuh ke sungai, sedangkan sisanya adalah para siswa yang melihat peristiwa secara langsung.

"Meskipun tidak terjatuh, siswa yang melihat langsung peristiwa tersebut juga mengalami trauma. Oleh karena itu, mereka juga mengikuti kegiatan trauma healing," ujarnya.

Ia menjelaskan pihak sekolah juga melakukan kegiatan nonformal seperti dzikir, pembagian hadiah dan kuis yang bertujuan untuk menghibur siswa supaya kembali semangat mengikuti mata pelajaran di sekolah.

Sebelumnya jembatan gantung yang menghubungkan Desa Kregenan di Kecamatan Kraksaan dengan Desa Pajarakan Kulon di Kecamatan Pajarakan putus ketika para siswa SMPN 1 Pajarakan melewati jembatan itu, sehingga puluhan siswa dan guru terjatuh ke sungai hingga menyebabkan 16 orang dirujuk ke RSUD Waluyo Jati Probolinggo, Jumat (9/9).

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement