Senin 28 Feb 2022 09:50 WIB

Universitas Brawijaya Kukuhkan Profesor dari FEB dan FMIPA

Profesor yang pertama dikukuhkan adalah Prof Astrid Puspaningrum.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Yusuf Assidiq
Universitas Brawijaya (UB) mengukuhkan dua profesor baru di Kota Malang, Sabtu (26/2/2022). Dua profesor ini berasal dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) dan Fakultas MIPA (FMIPA).
Foto: Humas UB
Universitas Brawijaya (UB) mengukuhkan dua profesor baru di Kota Malang, Sabtu (26/2/2022). Dua profesor ini berasal dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) dan Fakultas MIPA (FMIPA).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Universitas Brawijaya (UB) Malang mengukuhkan dua profesor baru di Kota Malang, Sabtu (26/2/2022). Dua profesor ini berasal dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) dan Fakultas MIPA (FMIPA).

Profesor yang pertama dikukuhkan adalah Prof Astrid Puspaningrum. Astrid merupakan profesor aktif ke-20 dari FEB dan profesor aktif ke-162 di UB. Kemudian juga tercatat sebagai profesor ke-287 dari seluruh profesor yang telah dihasilkan UB.

Pada orasi ilmiahnya, Astrid mengangkat topik  Entrepreneurial Creativity untuk Membangun Keunggulan Bersaing dan Meningkatkan Kinerja Pemasaran. Astrid melihat permasalahan yang terjadi semenjak Asean China Free Trade Area (ACFTA) resmi rilis pad 1 Januari 2010 lalu.

"Khususnya bagi sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Indonesia," kata Astrid. UMKM di Indonesia akan menghadapi ancaman serius yaitu proses deindustrialisasi. Ketidakmampuan produk-produk Indonesia untuk bersaing di era ACFTA akan menyebabkan penutupan unit-unit usaha.

Para pelaku UMKM tidak lagi menjadi produsen, melainkan hanya sebagai sales dari barang-barang produksi negara importir lain. Melihat ketidakmampuan produk-produk Indonesia untuk bersaing di era ACFTA, maka UMKM di Indonesia perlu membangun daya saing.

Salah satu pendekatan yang dapat diterapkan perusahaan untuk menghadapi berbagai tantangan dan peluang adalah pendekatan yang didasarkan pada //Resources-based View// (RBV). Melalui RBV, organisasi dapat membangun keunggulan bersaing yang berkelanjutan dengan pengunaan sumber-sumber daya yang berupa finansial, manusia, sarana fisik, dan intangible asset (knowledge).

Entrepreneurial Creativity  merupakan model yang dikembangkan dari entrepreneurial creativity dan entrepreneurial networking. Model ini dinilai mampu menciptakan keunggulan untuk bersaing. Dengan demikian, UMKM bisa menghasilkan kinerja pemasaran yang baik sebagai alat untuk mengukur tingkat keberhasilan keseluruhan kinerja yang dilakukan.

Menurut Astrid, ada salah satu keunggulan dari entrepreneurial creativity. Jika dipraktikkan, maka daya saing dapat diraih dan kinerja pemasaran akan meningkat.

Selanjutnya, profesor kedua yang dikukuhkan oleh UB, yakni Prof Catur Retnaningdyah. Catur merupakan profesor aktif ke-26 dari FMIPA dan profesor aktif ke-162 di UB. Dia juga tercatat menjadi profesor ke-288 dari seluruh profesor yang telah dihasilkan UB.

Pada orasi ilmiahnya, Catur menjelaskan tentang peran vegetasi sebagai tanaman riparian digunakan untuk meningkatkan kualitas air yang tercemar oleh polutan. Menurut dia, peningkatan kualitas air irigasi tercemar bahan organik, pestisida dan pupuk sintetik dapat dilakukan dengan cara aplikasi model teknologi fitoremediasi sistem kontinu berupa Riparian Vegetation in Irrigation Ditch (RVID).

RVID merupakan komunitas hidromakrofita (tanaman air) lokal yang ditanam sebagai vegetasi riparian di tepi saluran irigasi. "Ini ditanam di sepanjang minimum 200 meter dengan penutupan maksimum 80 persen," ujar dia.

Model RVID memiliki keunggulan berupa secara efektif mampu meningkatkan kualitas air irigasi. Hal ini tercermin dari kadar oksigen terlarut yang tinggi dan penurunan kadar COD, TSS dan Cl2 bebas. Kemudian juga pada kadar ortofosfat, turbiditas, suhu, nilai KMnO4, alkalinitas, BOD, TP, nitrat, konduktivitas, dan TKN.

    

Peningkatan kualitas air juga terlihat dari peningkatan diversitas spesies makroinvertebrata bentos dan perifiton. Hal ini mengindikasikan penurunan tingkat bahan toksik di perairan dan peningkatan kelimpahan spesies yang bersifat sensitif.

Kemudian juga penurunan nilai beberapa indeks biotik seperti FBI, TDI dan PTV sebagai indikator penurunan tingkat pencemaran bahan organik dan nutrisi di perairan. "Dengan demikian air irigasi hasil proses fitoremediasi ini dapat menjamin tersedianya air irigasi dengan kualitas yang baik untuk mendukung aktivitas pertanian yang sehat," jelasnya.

Adapun kelemahan teknologi fitoremediasi model RVID ini adalah kesulitan penanaman hidromakrofita sebagai vegetasi riparian di saluran irigasi yang sudah dibangun atau dibeton. Kemudian juga diperlukan tenaga ekstra untuk pemeliharaan supaya penutupan tanaman maksimum 80 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement