Senin 20 Dec 2021 16:35 WIB

Guru Besar FSM Undip Ciptakan Pereduksi Pestisida Sayur dan Buah

GenGONaM ini dikembangkan guna membantu pencegahan stunting pada anak-anak.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yusuf Assidiq
Alat yang diberi nama Generator Gelembung Ozon Nano & Mikro (GenGONaM) dikembangkan Guru Besar FSM Undip.
Foto: Dokumen.
Alat yang diberi nama Generator Gelembung Ozon Nano & Mikro (GenGONaM) dikembangkan Guru Besar FSM Undip.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Guru Besar Fakultas Sains dan Matematika (FSM) Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Jawa Tengah, Prof Muhammad Nur,  mengembangkan alat pereduksi pestisida pada sayuran. Alat yang diberi nama Generator Gelembung Ozon Nano & Mikro (GenGONaM) ini dikembangkan guna membantu pencegahan stunting pada anak-anak.

"Seperti kita ketahui, salah satu penyebab stunting adalah karena kandungan pestisida pada sayur dan buah yang dikonsumsi," ungkap Koordinator Program Prioritas Riset Nasional (PRN) Stunting, Prof Ignasius DA Sutapa.

Menurutnya, alat ini dikembangkan oleh Guru Besar Fakultas Sains dan Matematika (FSM) Undip, Prof Muhammad Nur melalui penelitian yang dikembangkan di Center for Plasma Research Undip. GenGONam merupakan alat dengan kemampuan pereduksi pestisida yang ada pada sayuran dan buah melalui pencucian dengan gelembung mikro ozon.

"Karya ini merupakan salah salah satu inovasi yang terpilih masuk dalam Program Prioritas Riset Nasional Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Stunting 2021-2024," jelasnya.

 

Sementara itu, Prof Muhammad Nur berharap melalui riset dan ivonasi yang dikembangkan tersebut bisa menghilangkan kandungan pestisida yang ada pada bahan makanan.

"Sehingga akan dapat membantu menangani kasus stunting terhadap anak, dalam mendukung program pemerintah dalam upaya pencegahan stunting," ungkapnya dalam keterangan secara virtual.

Ia juga mengungkapkan, salah satu faktor yang mendorong temuannya adalah keprihatinan banyaknya kasus stunting akibat produk makanan yang dikonsumsi masyarakat banyak mengandung pestisida.

Konsumsi sayur dan buah yang mengandung pestisida menyebabkan tubuh tidak bisa berkembang dengan baik. "Yang lebih megerikan lagi juga dapat mengganggu berkembangnya kecerdasan," tambahnya.

Cara kerja alat yang dirancangnya, menggunakan generator ozon dengan produksi gelembung mikro dan nano  yang lebih mudah larut di dalam air. Air yang terlarut ozon digunakan untuk mencuci sayur, buah-buahan, dan produk holtikultura yang mengandung pestisida.

Pencucian dilakukan didalam wadah yang diputar (dikenal dengan nama pesawat sentrifugal) agar air bekas cucian langsung keluar dan  tidak mengenai produk lagi. Adapun untuk membangkitkan gelembung nano-mikro ozon, keluaran ozon melalui selang silikon dimasukkan dalam ujung saluran udara melalui pipa venture.

Keluaran dari venture tersebut terbentuk gelembung ukuran mikro dan nano. Kemudian air dari wadah pelarutan dipompa berulang kali sehingga kosentrasi yang terlarut akan lebih cepat mencapai tingkat yang diperlukan dalam pemanfaatan air dangan ozon terlarut untuk pencucian.

Ozon itu mengadung tiga atom oksigen. Di dalam air satu atomnya akan terlepas menjadi oksigen radikal. "Oksigen radikal inilah yang merusak senyawa  pestisida dan terlepas dari permukaan sayur dan buah," jelas Prof Nur.

Dengan gabungan air berozon dan pesawat sentrifugal, masih jelasnya,berbagai uji yang dilakukan, alat ini bisa mereduksi pestisida mencapai 95 persen dalam 10 menit.

"Perlakuan ini menjadikan bahan baku makanan khususnya bagi ibu menyusui  dan anak tak lagi terkontaminasi  pestisida,” tegasnya.

Ignasius Sutapa menambahkan, kasus stunting masih menjadi problem bagi Pemerintah Indonesia. Hasil temukan kasus stunting di Indonesia masih di atas 30 persen.

Sementara Badan Kesehatan Dunia (WHO) mematok kasus stunting di setiap negara harus bisa di bawah 20 persen. Artinya masih ada pekerjaan rumah yang besar dalam hal stunting yang harus diatasi secara bersama agar generasi mendatang kondisinya lebih baik.

Maka target utama progam PRN adalah riset dan inovasi bisa memberikan kontribusi terhadap hal-hal yang konkrit, bisa berupa teknologi, produk pangan, peta jalan, konten untuk pendidikan literasi atau konsep-konsep yang dibutuhkan.

"Aspeknya adalah mencangkup asupan gizi, mindset atau perilaku dan ketiga adalah ketersediaan sanitasi air mimun bersih,” jelas Profesor Bidang Teknik Lingkungan BRIN ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement