Selasa 30 Nov 2021 22:28 WIB

Kasus HIV/AIDS di Jateng Capai 52 Ribu, Pemeriksaan Digenjot

560 Puskesmas dan 90 Rumah Sakit disiapkan untuk melakukan pemeriksaan HIV/AIDS.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Muhammad Fakhruddin
Kasus HIV/AIDS di Jateng Capai 52 Ribu, Pemeriksaan Digenjot (ilustrasi).
Foto: EPA
Kasus HIV/AIDS di Jateng Capai 52 Ribu, Pemeriksaan Digenjot (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,SEMARANG -- Di tengah aktivitas penanganan pandemi Covid-19 yang masih berlanjut, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah tetap berupaya menekan penularan Human Immunodeficiency Virus (HIV)/AIDS.

Selain gencar melakukan edukasi pencegahan, pemprov --melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Tengah-- gencar melakukan pemeriksaan HIV/AIDS kepada masyarakat.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Tengah, Yulianto Prabowo, menyebutkan sampai saat ini Pemprov Jawa Tengah telah menyiapkan sedkkitnya 560 Puskesmas dan 90 Rumah Sakit bagi masyarakat untuk melakukan pemeriksaan HIV/ AIDS.

Data terbaru di Jawa Tengah, angka kasus HIV/AIDS diperkirakan mencapai 52 ribu orang. "Sampai saat ini kita sudah melakukan pemeriksaan dan baru mencapai 70 persen," ungkapnya, saat menjadi narasumber dialog publik  'Penanggulangan HIV/AIDS di Jawa Tengah', Selasa (30/11) malam.

 

Selain Kepala Dinkes Provinsi Jawa Tengah, dialog publik kali ini juga menghadirkan Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen dan Yakobus Kristono, ketua LSM Kalandara Semarang.

Upaya pemeriksaan, masih jelas Yulianto, sampai saat ini terus dilalukan oleh Dinkes Hal ini terus kita lakukan pemeriksaan supaya bisa ditemukan 100 persen," kata Yulianto, dalam siaran persnya.

Yulianto menambahkan, selain terus berupaya melakukan pemeriksaan, dinkes juga memberikan fasilitas pengobatan kepada orang dengan HIV/ AIDS (ODHA), sebagai upaya untuk menekan laju reproduksi virusnya.

Bagi ODHA memang dianjurkan untuk mengonsumsi obat Antiretroviral setiap hari seumur hidupnya. "AIDS ini jadi program prioritas pemerintah, sehingga, obatnya ini juga disediakan oleh pemerintah," tambahnya.

Dalam kesempatan ini, Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen, menyampaikan perlunya  dukungan dari masyarakat supaya ODHA tidak berkecil hati untuk membuka diri.

Taj Yasin menilai, perlu ada edukasi yang cukup bagi masyarakat agar tidak memberikan stigma buruk/ negatif kepada para penderita infeksi AIDS tersebut. Caranya dengan mendorong agar edukasi mengenai AIDS wajib diberikan sejak dini kepada masyarakat.

Tujuannya agar masyarakat yang masih usia muda dapat memahami siklus penularan AIDS. Menurutnya, salah satu sarana edukasi mengenai AIDS yang paling utama adalah di sekolah dam dari dalam keluarga.

Ia juga sepakat bahwa edukasi untuk saling menjaga dan jika nantinya memang dibawa ke sekolah, sebaiknya diberikan sebagai kegiatan  ekstrakurikuler. "Kita dorong bahwa sekolah di Jawa Tengah memberikan edukasi mengenai bahaya AIDS," tegasnya.

Lebih jauh, wagub juga meminta agar semua pihak berkomitmen penuh dalam menanggulangi AIDS. "Jika semua mau bekerjasama secara baik, maka persoalan AIDS di Jawa Tengah dapat segera dituntaskan," tambahnya.

Sementara itu, Ketua LSM Kalandara Semarang, Yakobus Kristono sepakat denga Taj Yasin. Menurutnya, edukasi dan informasi mengenai bahaya AIDS memang harus menjadi kebutuhan bagi masyarakat luas.

"Bahkan kami pegiat HIV/AIDS bersama teman- teman di kabupaten/ kota juga mendorong bagaimana upaya prncegahan dan bahaya AIDS menjadi kebutuhan informasi di masyarakat," katanya.

Pemprov Jateng juga terus berupaya agar tidak ada kasus baru penularan HIV/AIDS di tahun 2030. "Selain itu juga, tidak ada kematian akibat AIDS, dan tidak ada stigmatisasi dan diskriminasi bagi ODHA," tegasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement